BI Pastikan Pelemahan Rupiah Saat Ini Jauh dari Kondisi Krisis 1998

Ringkasan
- Tiga kapal tanker yang membawa minyak Sokol Rusia telah mulai bergerak menuju Tiongkok dan India sebagai solusi atas masalah pembayaran dan sanksi Barat.
- Kapal tanker NS Century dan Nellis membawa 2,2 juta barel minyak Sokol ke Tiongkok, meskipun dikenai sanksi AS karena melanggar batasan harga.
- Kapal tanker NS Commander yang membawa 600.000 barel minyak Sokol menuju India, yang tidak terkena sanksi AS.

Bank Indonesia memastikan pelemahan rupiah saat ini masih jauh dari kondisi krisis 1997-1998. Nilai tukar rupiah terus tertekan dan sempat berada di kisaran Rp 16.600 per dolar AS.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro menekankan, kondisi fundamental saat krisis periode 1997-1998 berbeda dengan saat ini. Indonesia kini sudah memiliki mekanisme deteksi fundamental dan penanganan yang lebih baik.
“Apakah ini masih jauh (dari krisis 1998)? Iya. Tapi kita tetap monitor, harus dicarikan solusinya,” kata Solikin dalam taklimat media di Gedung BI, Rabu (26/3).
Solikin memastikan, bank sentral terus menjaga nilai tukar sesuai mekanisme pasar dan fundamentalnya. Ia menegaskan, nilai tukar tidak akan gonjang-ganjing jika kondisi ekonomi baik.
“Kami pastikan untuk menghilangkan volatilitas yang tidak perlu dan menjaga rupiah tetap stabil dan akan memberikan kontribusi serta inflasi rendah,” ujar Solikin.
Ia menekankan, pelemahan rupiah saat ini bersifat temporer. Data makro ekonomi saat ini masih positif, termasuk konsumsi masyarakat. Kondisi utang luar negeri yang cukup manageable dan stabilitas sistem keuangan hingga risiko kredit yang semakin baik.
"Jadi kalau ditanya, ya fundamental kita bagus," kata Solikin.
Ia juga memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil meski pertumbuhan ekonomi tahun lalu turun tipis dari 5,04% menjadi 5,02%. Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada 2023 di level 5,04% namun turun pada 2024 menjadi 5,02%.
Inflasi pada 2023 juga masih dalam target pemerintah yaitu 2,81% dan pada 2024 terus turun menjadi 1,57%. Sementara itu, rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) juga tercatat 29,79% pada 2023 namun naik menjadi 30,43% pada 2024.
Solikin menilai, kondisi ekonomi RI dibandingkan negara lain seperti India, Korea Selatan, Vietnam, Filipina, Thailand, hingga Malaysia juga masih lebih baik. "Kalau dibandingkan misal pertumbuhan ekonomi Vietnam lebih tinggi dari kita di level 5%, India juga tinggi tapikan inflasinya tinggi," kata Solikin.