Ekonomi Tiongkok Suram, Penjualan Retail dan Industri Melambat

Agustiyanti
14 November 2019, 13:05
Seorang petugas mengukur mesin ball mill yang baru diproduksi di sebuah pabrik di Nantong, provinsi Jiangsu, China, Sabtu (29/6/2019).
ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer
Ilustrasi. Tiongkok mengalami perlambatan ekonomi akibat perang dagang dengan AS.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi China juga menunjukkan aktivitas di sektor pabrik berkontraksi selama enam bulan berturut-turut dalam sebulan.

Data ekonomi yang mengecewakan menambah alasan pemerintah Tiongkok untuk memberikan stimulus bagi perekonomian mereka yang tercatat melemah paling dalam sejak tiga dekade terakhir.

"Harus diakui, optimisme seputar kesepakatan perdagangan fase satu AS-China dapat memberikan dorongan untuk investasi perusahaan dalam waktu dekat," kata Ekonom Capital Economics China Martin Lynge Rasmussen.

(Baca: Terpukul Perang Dagang, Perusahaan Jerman Ingin Hengkang dari Tiongkok)

Meski demikian, menurut dia, kesepakatan tahap pertama yang mungkin diteken AS dan Tiongkok hanya akan menggeser fokus penyelesaian permsalaahn yang lebih rumit dan sulit diselesaikan. "Kami pikir pada akhirnyaa pembicaraan perdagangan tetap macet," ungkap dia. 

Konsumsi rumah tangga Tiongkok terpukul oleh kenaikan harga makanan selama beberapa bulan terakhir, terutama harga daging babi dan daging lainnya melonjak.
 
Pada saat yang sama, konsumen enggan melakukan pembelian besar. Data penjualan mobil di Negara Tembok Raksasa itu per Oktober tercatat turun dalam 16 bulan berturut-turut.

Sementara itu, riset Fitch Ratings dan Oxford Economics menunjukkan bahwa eskalasi perang dagang menjadi ancaman nyata bagi pertumbuhan global seperti tergambar dalam databoks di bawah ini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...