WHO Tolak Klaim Tiongkok soal Virus Corona Bukan Berasal dari Wuhan

Happy Fajrian
29 November 2020, 09:15
Tingshu Wang Pengunjung memadati bagian Badaling Tembok Besar dengan tetap menggunakan masker, menyusul wabah virus corona (COVID-19) di Beijing, China, Sabtu (31/10/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/WSJ/dj
Pengunjung memadati bagian Badaling Tembok Besar dengan tetap menggunakan masker, menyusul wabah virus corona (COVID-19) di Beijing, Tiongkok, Sabtu (31/10/2020).

Ahli genetika University College London, Francois Balloux, menilai klaim Tiongkok tidak disertai dengan bukti yang kuat. Menurutnya kalaupun virus corona telah ada di Italia sejak September 2019, bukan berarti virus tersebut berasal dari sana.

“Satu bukti kuat adalah bahwa sejauh ini jenis virus yang memiliki kemiripan terdekat yang kita ketahui dengan SARS-Cov-2 ditemukan pada kelelawar di Tiongkok yang kemudian akan menyebar ke bagian lain di dunia, namun tidak akan mengubah narasi tentang asal muasalnya,” kata Balloux.

Empat Kandidat Kuat Vaksin Corona

Sejauh ini, ada empat kandidat kuat vaksin virus corona yang diklaim memiliki tingkat kemanjuran yang tinggi, hingga lebih dari 90%. Vaksin tersebut masing-masing dikembangkan oleh Rusia, Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna.

Moderna menyebut vaksin buatannya efektif mencegah Covid-19 hingga 94,5%. Sedangkan Pfizer mengklaim vaksinnya memiliki efektivitas hingga 90%. Vaksin buatan Rusia Sputnik V diklaim memiliki tingkat efektivitas hingga 92%. Sedangkan vaksin buatan AstraZeneca diklaim efektif hingga 90%.

Pada tahun ini, Pfizer mengatakan akan memiliki cukup dosis vaksin untuk 25 juta orang. Moderna akan menyuplai pasokan untuk 10 juta orang . Sedangkan AstraZeneca akan memiliki kapasitas produksi yang mampu memenuhi kebutuhan lebih dari 100 juta orang.

Sebanyak 47 kandidat vaksin Covid-19 tengah menjalani uji klinis, atau uji coba pada manusia, per 12 November 2020. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sebanyak 164 kandidat vaksin baru memasuki uji pra-klinis. Rinciannya dapat dilihat pada databoks berikut.

Sementara itu vaksin juga terus dikembangkan di dalam negeri yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan farmasi asal Tiongkok yakni Sinovac, Sinopharm, dan CanSino. Pemerintah juga telah menandatangani kesepakatan pengadaan 143 juta dosis konsentrat vaksin dengan ketiga perusahaan tersebut.

Saat ini tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran masih melakukan uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 Sinovac sejak Agustus 2020. Hingga kini, ada 1.620 relawan yang mendapatkan suntikan pertama, dan belum ditemukan efek samping dari vaksin.

Selain Tiongkok, Indonesia menjalin kerja sama vaksin dengan perusahaan teknologi G-24 asal Uni Emirat Arab (UAE) pada pertengahan Agustus 2020. Perusahaan tersebut bakal memasok 10 juta dosis vaksin melalui kerja sama dengan PT Kimia Farma.

Meski demikian Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa vaksin bukan solusi yang akan menyelesaikan virus corona secara tuntas. “Datangnya vaksin bukan berarti pandemi berakhir,” ujarnya Jumat (27/11).

Oleh karena itu ia meminta masyarakat tetap tertib melaksanakan gerakan 3M yakni menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Masyarakat juga diminta untuk menjaga pola hidup sehat, makan bergizi seimbang, berolahraga secara teratur, dan cukup beristirahat.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...