Omicron Telah Menyebar ke 38 Negara, WHO Duga Lebih Menular dari Delta

Happy Fajrian
6 Desember 2021, 08:32
who, omicron, varian omicron, varian delta, delta
ANTARA FOTO/REUTERS/Callaghan O'Hare/aww/cf
Ilustrasi.

Van Kerkhove memperingatkan ada bias pelaporan saat ini yang mungkin mengaburkan seberapa ganas varian itu sebenarnya. Banyak orang di seluruh dunia yang dites positif omicron adalah pelancong yang sehat, yang dapat menjelaskan mengapa gejala yang dilaporkan sejauh ini ringan.

"Jika Anda bepergian, Anda tidak sakit atau Anda tidak boleh bepergian jika sakit. Jadi ada bias dalam hal apa yang terdeteksi saat ini, tetapi itu akan berubah seiring waktu," kata Van Kerkhove.

Orang pertama di AS yang dites positif untuk omicron adalah seorang pelancong yang divaksinasi lengkap antara 18 dan 49 tahun yang kembali dari Afrika Selatan ke daerah San Francisco.

Van Kerkhove meminta negara-negara di seluruh dunia untuk meningkatkan pengurutan genetik kasus Covid-19 untuk mendeteksi varian baru dan membagikan hasilnya kepada publik untuk lebih memahami evolusi virus.

"Sekarang saatnya untuk memperkuat sistem. WHO telah mengatakan itu untuk beberapa waktu sekarang, tetapi belum terlambat untuk melakukan ini, sistem perlu diperkuat," ujarnya.

Afrika Selatan adalah negara pertama yang melaporkan omicron ke WHO, tetapi timeline dapat berubah karena lebih banyak negara mengurutkan backlog kasus Covid dari November. "Jadi beberapa kasus paling awal dari varian khusus ini mungkin tidak terjadi di Afrika Selatan," katanya.

Van Kerkhove dan Ryan mengatakan vaksin saat ini tetap menjadi langkah paling efektif untuk memperlambat penularan virus. Sebab ada korelasi yang jelas antara ketidakadilan vaksin dan pengembangan varian di seluruh dunia.

WHO telah berulang kali mengkritik negara-negara kaya karena tidak berbuat cukup untuk memberikan vaksin kepada orang-orang di negara-negara miskin.

Pfizer dan Moderna mengatakan akan memakan waktu sekitar dua minggu untuk mengetahui bagaimana Omicron berdampak pada vaksin saat ini saat para peneliti mengumpulkan data.

"Saat ini tidak perlu mengubah vaksin yang ada. Tidak ada bukti yang mendukung untuk modifikasi vaksin. Tetapi ada banyak pekerjaan yang harus dilihat jika kita ingin memodifikasi vaksin," ujar Ryan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...