Sri Lanka Butuh Rp 43 Triliun untuk Mencegah Krisis Makin Buruk

Agustiyanti
10 April 2022, 11:46
sri lanka, krisis, unjuk rasa, krisis ekonomi, imf
ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/WSJ/cf
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan protes terhadap Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di dekat Sekretariat Kepresidenan, di tengah krisis ekonomi yang melanda negeri tersebut, di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu (9/4/2022).

Sabry mengatakan, dia akan memimpin delegasi pejabat Sri Lanka ke Washington untuk memulai pembicaraan dengan IMF pada 18 April. Penasihat keuangan dan hukum akan dipilih dalam 21 hari untuk membantu pemerintah merestrukturisasi utang internasionalnya.

Bank Sentral Sri Lanka yang baru dipimpin gubernur baru menaikkan suku bunga sebesar 7%. Kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan upaya untuk menjinakkan inflasi yang meroket dan menstabilkan ekonomi.

Otoritas Sri Lanka juga akan menjangkau lembaga pemeringkat. Sabry mengatakan, mereka berupaya mendapatkan kembali akses ke pasar keuangan internasional setelah dikunci karena beberapa penurunan peringkat sejak 2020.

Dia mengatakan, pemerintah akan menaikkan pajak dan harga bahan bakar dalam waktu enam bulan dan berusaha untuk mereformasi badan usaha milik negara yang merugi. Langkah-langkah ini termasuk di antara rekomendasi utama dalam tinjauan IMF terhadap ekonomi Sri Lanka yang dirilis pada awal Maret.

"Ini adalah tindakan yang sangat tidak populer, tetapi ini adalah hal-hal yang perlu kami lakukan agar negara dapat keluar dari ini," kata Sabry.

Dia mengatakan Sri Lanka akan mencari jalur pinjaman baru dari India US$ 500 juta untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar, yang akan cukup untuk sekitar lima minggu. Pemerintah juga akan mencari dukungan dari Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia dan mitra bilateral termasuk Cina, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara di Timur Tengah.

Diskusi sedang berlangsung dengan Cina mengenai batas pinjaman US$ 1,5 miliar, pinjaman sindikasi hingga US$ 1 miliar dan permintaan dari presiden Sri Lanka pada Januari untuk merestrukturisasi beberapa utang.

"Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan bantuan yang akan membantu, hingga bantuan yang lebih besar masuk," katanya.

Beijing dan New Delhi telah lama berebut pengaruh atas pulau di ujung selatan India. Negara semakin dekat ke Cina di bawah keluarga Rajapaksa yang kuat. Namun dalam beberapa pekan terakhir, ketika krisis ekonomi semakin dalam, Sri Lanka sangat bergantung pada bantuan dari India.

"Kami adalah negara netral, kami adalah teman semua," ujarnya. 

Sri Lanka sedang dilanda kerusuhan besar akibat krisis ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Sebelum dilanda krisis, Produk Domestik Bruto (PDB) Sri Lanka menempati urutan keempat terbesar di Asia Selatan dengan nilai US$ 80,67 miliar pada 2020. Jumlah ini turun 3,95% dari PDB-nya pada 2019 yang berjumlah US$83,99 miliar.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...