Studi: Pekerja Bahagia Bekerja Jarak Jauh Tapi Kurang Dipercaya Atasan

Sorta Tobing
20 Mei 2022, 07:00
Ilustrasi bekerja jarak jauh.
Cisco
Ilustrasi bekerja jarak jauh.

Sebanyak tujuh dari 10 responden menyebut fisik mereka lebih bugar. Lalu, 81% pekerja mengatakan kebiasaan makan mereka membaik. Hampir seluruh responden alias 92% menyebut bekerja remote meningkatkan hubungan dengan keluarga.

Survei pada Januari sampai Maret lalu itu melibatkan 1.050 karyawan di seluruh Indonesia. Mereka berkarya di berbagai sektor dan industri dengan pola kerja fleksibel alias tidak perlu selalu di dalam kantor.

Namun, bekerja hybrid meningkatkan perilaku micromanaging. Sebanyak 63% responden merasakan hal tersebut karena para atasan atau manager kurang percaya kepada bawahannya. 

Micromanaging adalah perilaku terlalu mengontrol, mengarahkan, atau mengawasi secara berlebihan. “Para pemimpin perusahaan perlu lebih mendengarkan, membangun kepercayaan, dan memimpin karyawan dengan empati, fleksibilitas, dan keadilan,” kata Direktur Senior Cisco bagian Manusia dan Komunitas untuk kawasan Asia-Pasifik, Jepang, dan Cina, Anupam Trehan. 

Untuk membangun kepercayaan tidak dapat dilakukan dalam satu arah. Pemberi kerja dan pekerja harus bekerja bersama untuk melakukannya. “Kurangnya kepercayaan dapat membuat karyawan merasa defensif,” ucapnya. 

Perusahaan juga perlu mendorong budaya inklusif di pola kerja hybrid. Dengan begitu, pengaturan kerja pun dapat lebih terintegrasi. 

Salah satu caranya dengan memakai teknologi dan infrastruktur yang tepat. “Teknologi adalah pendorong utama pertumbuhan di tempat kerja hybrid dan hal itu perlu didukung oleh keamanan terintegrasi dari ujung ke ujung,” ucap Direktur Keamanan Siber Cisco ASEAN Juan Huat Koo.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...