BKPM Sebut Masalah Realisasi Investasi Tak Sesuai Serapan Tenaga Kerja
Menurut Bahlil, kondisi ini terjadi lantaran investasi yang masuk ke Indonesia kebanyakan menggunakan teknologi mutakhir. Hal tersebut, lantas memotong mata rantai produksi menjadi lebih sederhana.
Dengan demikian, tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pun menjadi lebih sedikit. "Investasi yang masuk teknologinya tinggi, pasti akan terjadi pengurangan (kebutuhan tenaga kerja)," kata Bahlil.
(Baca: Virus Corona Potensial Berdampak ke Pariwisata dan Investasi Indonesia)
Selain itu, Bahlil menyebut keterampilan yang dimiliki tenaga kerja di Indonesia masih rendah. Bahkan, Bahlil menyebut tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia rata-rata masih SD dan SMP.
Alhasil, tidak banyak tenaga kerja yang terserap meski investasi yang masuk ke Tanah Air meningkat. "Kewajiban kita semua adalah meningkatkan skill mereka, baik dari pengusaha maupun pemerintah," kata Bahlil.
(Baca: Luhut Perkirakan Tambahan Penyerapan 3 Juta Pekerja Berkat Omnibus Law)
Oleh karena itu, dia berharap investasi yang masuk ke Indonesia di masa mendatang didominasi dari sektor manufaktur yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada 2020 ini, BKPM menargetkan penanaman modal di sektor tersebut mencapai Rp 246,3 triliun.
Angka tersebut naik dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 216 triliun. "Sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak," ujarnya.