Gerilya Politik Sandiaga Uno dan Strategi Kampanye Prabowo

Dimas Jarot Bayu
10 Oktober 2018, 06:38
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) saling berpegangan tangan seusai mendaftarkan dirinya di gedung KPU, Jakarta, Jumat (10/8/2018).

Peneliti dari The Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai Sandiaga lebih intensif berkampanye lantaran pendekatan mereka lebih difokuskan kepada generasi milenial dan perempuan. Bagi Arya, pendekatan kepada dua kelompok pemilih itu lebih tepat jika dilakukan oleh Sandiaga ketimbang Prabowo. “Sosok sandi lebih relevan,” kata Arya ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (9/10).

Alasan lainnya, menurut Arya, karena popularitas Sandiaga saat ini belum setinggi Prabowo. Arya menilai Prabowo sudah lebih dikenal dan memiliki tingkat keterpilihan yang cukup besar lantaran sudah tiga kali mengikuti Pilpres.

Adapun Sandiaga baru kali ini terlibat sebagai kandidat dalam ajang kontestasi politik berskala nasional. Karenanya, Sandiaga memang harus lebih banyak turun menemui masyarakat dibandingkan Prabowo. “Karena Sandi figur baru, tentu sandi butuh waktu sosialisasi yang panjang,” kata Arya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai lebih intensnya kampanye Sandiaga karena pertimbangan fisik yang lebih bugar ketimbang Prabowo. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk berkunjung ke berbagai wilayah.

Tak hanya itu, Pangi pun menilai kampanye ke akar rumput memerlukan biaya yang cukup tinggi. Sebab, mereka harus mengeluarkan dana untuk transportasi, mengumpulkan relawan, membuat agenda, hingga memberikan oleh-oleh bagi masyarakat. Untuk itu, pembagian peran dalam kampanye mutlak diperlukan untuk mengefisienkan pengeluaran.

Menurut Pangi, tak ada masalah jika intensitas kampanye pasangan nomor urut 02 lebih banyak didelegasikan ke Sandiaga. Hanya saja, Pangi menyarankan konten narasi mereka ketika kampanye perlu diperbaiki.

Selama ini, dia melihat narasi kampanye yang dibawa Prabowo-Sandiaga belum begitu jelas. Alhasil, kampanye tersebut tak berdampak signifikan terhadap elektabilitas keduanya. (Baca pula: Jokowi dan Prabowo Belum Cukup Aman Jadi Presiden yang Kuat)

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis Minggu (7/9) menunjukkan jika Prabowo-Sandiaga hanya mampu memperoleh suara sebesar 28,9 persen. Angka elektabilitas itu hanya separuh dari raihan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang mencapai 60,4 persen. 

“Kalau datang grasak-grusuk, door to door tidak jelas begitu, ya tidak ada efek elektoral. Jadi konten menemui masyarakat itu harus dibahas kembali,” kata Pangi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...