Membaca Arah Koalisi Partai-partai Baru di Antara Jokowi dan Prabowo

Dimas Jarot Bayu
2 Agustus 2018, 07:34
Tommy Soeharto
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto (ketiga kiri) saat pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) III Partai Berkarya di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/3).

Menurut Yunarto, PBB akan sulit masuk ke barisan pendukung Jokowi lantaran Ketua Umumnya, Yusril Ihza Mahendra selama ini kerap mengkritisi kebijakan dan program pemerintah. Selain itu, PBB dianggap lebih memiliki ideologi Islam yang sejalan dengan PKS dan PAN, yang berada dalam koalisi pendukung Prabowo.

Sementara, Berkarya dan Garuda dianggap bakal mendukung Prabowo karena banyak tokohnya memiliki kaitan dengan pemerintah Orde Baru. Ini dapat dilihat dari banyaknya keluarga Cendana yang bergerak melalui Berkarya. (Baca juga: Saling Serang Setelah SBY dan Jokowi Gagal Berkoalisi di Pilpres 2019).

Misalnya, dua anak kandung Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto dan Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto menjadi elit Berkarya. Ada pula cucu Soeharto yang maju menjadi calon anggota legislatif dari Berkarya yakni Retnosari Widowati Harjojudanto atau Eno Sigit.

Selain itu, dua orang menantu putri pertama Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau sering dikenal dengan nama Mbak Tutut, ikut mencalonkan diri. Mereka adalah Muhammad Ali Reza dan Raslina Rasyidin. “Hampir pasti (Berkarya dan Garuda) akan mendukung Prabowo yang bagaimanapun pernah memiliki histori di situ,” kata Yunarto.

Belum merapatnya tiga partai itu ke kubu Prabowo diduga karena negosiasi koalisi belum selesai. Menurut Yunarto, PBB, Berkarya, serta Garuda saat ini sedang menawarkan harga jual yang tinggi untuk bisa ditarik ke koalisi Prabowo.

Sebab, ketiga partai tersebut memiliki infrastruktur yang cukup dalam menggalang suara di beberapa wilayah. PBB misalnya, diyakini mampu menarik suara di Bangka Belitung. Selain itu, Yusril memiliki nilai jual karena menjadi pakar hukum dan simbol intelektual Islam.

Sementara Berkarya dianggap dapat menggalang suara di berbagai daerah lewat pelekatan nama Soeharto. Dengan membawa nama Soeharto, Berkarya juga dianggap mampu memecah mesin politik Golkar. “Berkarya tentu saja jaringan logistiknya juga akan dimanfaatkan,” kata dia.

Dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan, mereka tentu akan dipertimbangkan Prabowo. Menimbang eskalasi Pilpres 2019 yang akan memanas, Yunarto menilai setiap kandidat capres akan mengambil sumber daya sebanyak-banyaknya, bahkan dari partai gurem. Karena itu, siapa pun bakal dirangkul dengan memiliki nilai tawar masing-masing.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...