Kebijakan Harga Minyak Dikritik Jelang Pertemuan OPEC

Maria Yuniar Ardhiati
28 November 2016, 17:51
minyak
Katadata

Pada November 2014, OPEC mengadopsi kebijakan pump-at-will, yang akhirnya membawa pada kejatuhan harga minyak. Negara-negara anggota OPEC, yang berkontribusi terhadap 40 persen produksi minyak mentah dunia, memutuskan memberlakukan harga rendah untuk memenangkan pangsa pasar, dengan bersaing menghadapi produsen minyak serpih Amerika Serikat.

Tapi, akibatnya harga minyak terus melorot. Harga minyak anjlok dari US$ 110 menjadi US$ 30 per barel tahun ini. Harga terendah selama 10 tahun terakhir itu memaksa para produsen memangkas pengeluaran dan merumahkan para pekerjanya. Sebanyak 14 negara anggota OPEC juga mulai berjuang menekan belanja. Mereka semua mencari cara untuk kembali mendongkrak harga, dengan menahan pasokan.

“Jika harga melambung hingga di atas US$ 60 per barel, kita akan melihat adanya produksi signifikan nantinya,” ujar Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA), Fatih Birol, dalam sebuah wawancara khusus bulan ini.

Lembaga energi internasional tersebut dibentuk setelah negara-negara Arab menerapkan embargo minyak pada 1970-an. Pembentukan lembaga tersebut diharapkan mampu menggiring minyak dunia ke koridor harga OPEC.

Apabila target harga tercapai, maka OPEC mampu memberi nafas baru bagi perusahaan-perusahaan dan para produsen independen dan menyelamatkan mereka dari kebangkrutan akibat rendahnya harga.

Menteri Perminyakan Saudi Arabia yang baru, Khalid Al-Falih, sedang berupaya melakukan pemangkasan produksi untuk memulihkan harga, tanpa menimbulkan dorongan bagi pesaingnya untuk meningkatkan produksi. Selama dua tahun belakangan, Exxon Mobil Corp., Royal Dutch Shel Plc dan perusahaan raksasa lainnya sibuk melakukan pemangkasan biaya dan proyek jangka panjang.

(Baca: Pemasukan OPEC Terendah dalam 10 Tahun)

Perusahaan pengeboran minyak serpih Amerika Serikat telah menuai manfaat dari upaya OPEC menaikkan harga minyak. Setelah OPEC  menyatakan rencananya untuk membatasi produksi pada akhir September lalu di Aljazair, harga minyak mentah naik hingga mencapai harga tertinggi selama setahun terakhir, yaituUS$ 55 per barel.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...