Penandatanganan Kontrak Blok East Natuna Mundur

Anggita Rezki Amelia
30 September 2016, 20:05
skk migas.jpg
www.skkmigas.go.id

Pemerintah menginginkan agar minyak yang ada di blok tersebut diproduksi lebih dulu dibandingkan gasnya. Alasannya jika memakai gas, membutuhkan banyak infrastruktur dan mahal. Apalagi kandungan karbondioksida (CO2) di East Natuna mencapai 72 persen.

Sampai saat ini masalah karbondioksida ini juga belum ada solusinya. “Kandungan gas CO2 yang ada di blok tersebut mau dibawa ke mana. Pasar gasnya kemana, itu kan masih banyak. Tapi Exxon maunya gas dan minyak jadi satu,” ujar Tunggal.

Mengenai pemberian insentif, menurut Tunggal masih perlu terlebih dulu menghitung keekonomian blok tersebut. “Umpamanya mereka perlu mengebor sumur, biayanya berapa, baru dihitung keekonomiannya. Investasinya segini, berarti kurang ekonomis. Itu dikaji oleh SKK Migas,” kata dia. (Baca: Pemerintah Siapkan Insentif Agar Blok East Natuna Cepat Produksi)

Dihubungi terpisah, Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati mengatakan kontraktor masih membutuhkan waktu sebelum tandatangan kontrak. "Di awal kami perkirakan hal ini dapat selesai ternyata belum. Pastinya term& condition," ujarnya kepada Katadata, Jumat (30/9).

Sebelumnya Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan ada enam kompleksitas pengembangan East Natuna. Pertama, produksi gasnya bisa mencapai 4 miliar kaki kubik per hari (BSCFD), tapi hanya 1 BSCFD yang bisa dipasarkan.

Kedua, pengeborannya meliputi sumur produksi dan sumur re-injeksi CO2. Ketiga, membutuhkan area khusus untuk penyimpanan CO2. Keempat, perlu pemrosesan khusus untuk pemisahan CO2 terbesar di dunia. (Baca: Pemerintah Siapkan Teknologi Khusus Pengembangan Blok East Natuna)

Kelima, membutuhkan waktu yang lama untuk konstruksi fasilitas pemrosesan terapung terbesar di dunia. Keenam, letak lapangan gas jauh dari pasar atau konsumen.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...