Pemerintah Akan Kurangi Penerimaan Gas Jambaran-Tiung Biru

Anggita Rezki Amelia
2 September 2016, 16:28
pipa gas
Katadata | Arief Kamaludin

Namun menurut Direktur UtamaPertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah, pembangunan fasilitas produksi gas Jambaran-Tiung Biru akan selesai 2020. Gas yang bisa terjual juga hanya 172 mmscfd karena 35 persen gas tersebut mengandung karbondioksida (CO2). (Baca: Pengolahan Gas Tiung Biru Blok Cepu Diperkirakan Selesai 2020)

Mahalnya harga, membuat gas dari lapangan tersebut juga belum bisa terjual semua. Awalnya gas ini akan diserap oleh perusahaan induk PEPC, yakni PT Pertamina (Persero), dan Pupuk Kujang Cikampek. Tapi, dalam perkembangannya, Pupuk Kujang membatalkan pembelian gas sebanyak 85 mmscfd. Alasannya, harga yang ditawarkan terlalu mahal.

Harga gas yang dipatok dari Tiung Biru di tingkat hulu sebesar US$ 8 dengan eskalasi 2 persen per mmbtu. Harga ini sudah sesuai dengan PoD lapangan tersebut. Sementara Pupuk Kujang menginginkan harga yang lebih rendah, yakni US$ 7 per mmbtu.

Akhirnya, alokasi gas yang semula untuk PKC ini akan diserap oleh Pertamina. Masalahnya hingga kini belum ada perjanjian jual-beli untuk gas tersebut. Karena Pertamina kesulitan memasarkan kembali gasnya.

Alokasi Pertamina awalnya akan dijual kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebanyak 90 mmscfd, sisanya untuk PT Pertamina Gas (Pertagas). Meski sudah ada kesepakatan (HoA), PLN menyatakan tidak sanggup membeli gas dari Tiung Biru karena dianggap mahal. (Baca: Terkendala Harga, Gas Tiung Biru di Blok Cepu Belum Laku)

“Ini yang membuat Pertamina kesulitan dan saat ini dilakukan kajian ulang terhadap harga,” kata dia kepada Katadata Senin (29/8).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...