Asosiasi Industri Migas Pilih Formula Harga Minyak Lama

Anggita Rezki Amelia
22 Juni 2016, 18:44
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.

Selisih ICP dibandingkan minyak jenis Brent bisa mencapai US$ 5 per barel. "Rugi dong. Ya deketinlah sama Brent," kata Djoko di Gedung DPR, Selasa, 21 Juni 2016.

Selain itu Djoko mengatakan harga ICP saat ini juga tidak sesuai dengan kondisi Indonesia. Dulu ketika 1975, produksi  minyak Indonesia mencapai 1,5 juta barel sedangkan konsumsinya hanya 600-800 ribu barel per hari. Alhasil agar produksi minyak Indonesia laku harga ICP diturunkan. Namun kini, kondisi sudah berbalik. (Baca: Peningkatan Kapasitas Kilang Picu Lonjakan Impor Minyak Mentah).

Dengan perubahan formula ICP, pemerintah akan mendapat tambahan penerimaan rata-rata US$ 4 per barel, sebab harganya sudah mendekati nilai Brent. Tambahan ini termasuk pajak jika minyak Indonesia diekspor.  "Tambahan itu dikalikan volume yang mau diekspor, otomatis penerimaan negara kita jadi naik," kata Djoko.

Anggota Komisi Energi DPR Kurtubi mengatakan harga minyak Indonesia sebagian besar dipengaruhi dan mengikuti perkembangan harga minyak jenis Brent ketimbang WTI. Namun kini kedua acuan harga minyak dunia itu sudah mencair, selisihnya tidak jauh berbeda seperti dulu. "Dengan demikian adalah wajar jika formula yang selama ini dipakai dievaluasi," kata dia kepada Katadata. (Baca: Penerimaan Migas Bakal Naik, Dana ke Daerah Tambah Rp 3,1 Triliun).

Sebagai informasi, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 yang disetujui Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah, ICP ditentukan sebesar US$ 40 per barel. Angka ini lebih rendah dari target sebelumnya US$ 50 per barel. Sementara rata-rata ICP sejak Januari hingga Mei lalu hanya US$ 34,50 per barel.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...