Tahun Ajaran Baru Mulai 13 Juli, Kapan Sekolah di DKI Akan Dibuka?
Pembelajaran Jarak Jauh Dilanjutkan?
PGRI merekomendasikan agar pemerintah tetap menerapkan metode belajar jarak jauh pada tahun ajaran baru. Metode ini lebih aman diterapkan di saat pandemi virus corona belum mereda.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang kerap disapa Kak Seto juga berpendapat serupa. “Menurut saya tetap siap dengan kurikulum di rumah saja,” katanya.
Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Evy Mulyani mengatakan tahun ajaran baru tidak serta merta proses pembelajaran di sekolah akan langsung dilakukan secara tatap muka. “Kebanyakan sekolah akan tetap melakukan pembelajaran jarak jauh seperti saat ini," ucapnya.
Saat ini terdapat beberapa alternatif bagi sekolah untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, yaitu pembelajaran secara daring melalui internet, pembelajaran melalui siaran televisi dan radio, dan pembelajaran melalui modul yang diberikan kepada siswa untuk dipelajari secara mandiri dengan koordinasi antara guru dan orang tua.
(Baca: Panduan Berangkat dan Pulang Kerja Selama PSBB Transisi Jakarta)
Persoalan Dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Dalam video konferensi dengan Anies, beberapa orang tua murid menyebut kendala yang dialami saat pembelajaran jarak jauh. Yang utama adalah informasi sekolah yang tidak lengkap dan membuat orang tua murid tidak tahu target pembelajaran. Beban tugas juga menjadi persoalan.
Lalu, orang tua murid juga merasa kesulitan menjadi guru di rumah dan membantu anak memahami materi pelajaran. Mereka tidak siap untuk mendampingi anak-anak dan mengatur jadwal belajar. Anak-anak juga terlihat bosan belajar di rumah.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebelumnya juga menyebut masalah keterbatasan kuota internet dan gawai yang tidak memadai menghambat pembelajaran jarak jauh. “Baik guru maupun murid sama-sama memiliki keterbatasan kuota internet,” kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti pada awal Mei lalu, dilansir dari MediaIndonesia.com.
Dari hasil surveinya, sebanyak 42,2% responden siswa mengaku memiliki keterbatasan kuota internet. Hal ini membuat tatap muka dengan aplikasi Zoom atau sekadar video call menjadi sulit. Sebanyak 15,6% responden mengatakan tidak memiliki peralatan memadai, seperti laptop atau telepon selular.
(Baca: Pembukaan Sekolah dan Kampus di Jakarta Menanti Evaluasi Fase Transisi)