Memilih Antivirus yang Paling Mujarab untuk Pasien Corona

Ameidyo Daud Nasution
3 Oktober 2020, 06:00
virus corona, covid-19, antivirus corona
ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww.
Pekerja menyusun kardus yang berisi obat Avigan bantuan Kementerian BUMN di halaman Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (5/7/2020). Sebanyak 100.000 tablet obat Avigan diberikan untuk mendukung penanganan pasien COVID-19 di Jawa Timur dan diharapkan dapat membantu kesembuhan pasien positif COVID-19 di wilayah itu.

Adapun lopinavir yang sedianya digunakan untuk human immunodeficiency virus (HIV) juga kurang menjanjikan dalam pengobatan Covid-19. Alasannya antivirus ini menyasar protease virus yang berbeda dari SARS-CoV-2. “Sedikit beda tempat dalam siklus hidup virus,” katanya.

Namun Zullies  mengatakan pemberian empat antivirus ini bisa dilakukan dengan kombinasi obat lain seperti antibiotik dan vitamin C. Dalam gejala parah, pasien akan diberikan kortikosteroid seperti deksametason untuk menekan peradangan pada paru-paru. Meski demikian kombinasi ini juga memiliki risiko bagi tiap pasien. “Karena ada efek sampingnya juga,” kata dia.

BANTUAN OBAT AVIGAN JAWA TIMUR
BANTUAN OBAT AVIGAN JAWA TIMUR (ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww.)

Pendapat serupa disampaikan dokter spesialis paru. Anggota Dewan penasihat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr Arifin Nawas mengatakan remdesivir dan favipiravir biasanya digunakan pada pasien dengan gejala berat.

Sedangkan oseltamivir dan lopinavir dipakai dalam pengobatan pasien dengan gejala sedang dan ringan. Arifin mengatakan dokter masih menggunakan oseltamivir lantaran dianggap cukup sukses dalam mengobati pasien Flu Burung.

“Empat-empatnya bisa digunakan, tergantung berat ringannya gejala,” kata Arifin kepada Katadata.co.id, Jumat (2/10).

Dia juga mengatakan kombinasi yang paling jamak digunakan adalah oseltamivir, zitromac, vitamin C, D3, B kompleks, dan Z untuk menngkatkan daya tahan tubuh, “Kalau berat diganti remdesivir dan ditambahkan Deksametason,” kata Arifin.

Namun Zullies tak mengetahui berapa tingkat keberhasilan penggunaan obat ini terhadap kemajuan kondisi pasien corona. Sedangkan produsen pertama remdesivir yakni Gilead Sciences bulan April lalu pernah menyatakan antivirus ini berdampak pada pasien bergejala berat.

Kesimpulan tersebut didapatkan dari penelitian terhadap 397 pasien bergejala berat yang dibagi jadi dua kelompok. Grup pertama adalah mereka yang dirawat 10 hari tanpa menggunakan remdesivir, kedua adalah mereka yang diberikan remdesivir dan dirawat selama lima hari.

Hasilnya, 64% pasien yang menerima remdesivir menunjukkan gejala pemulihan dalam waktu singkat atau setara dengan 53% kelompok yang tak menerima antivirus tersebut selama 10 hari.

Harga Mahal dan Paten

Meski demikian isu antivirus terbaru tak berhenti sampai efektivitasnya namun persoalan harga juga. Kalbe sempat menyatakan akan menjual remdesivir dengan harga Rp 3 juta per dosis.

Arifin mengaku heran mengapa antivirus ini dijual dengan sangat mahal. Sebagai perbandingan, harga oseltamivir 75 miligram pada situsweb belanja online hanya berkisar antara Rp 800 ribusampai Rp 900 ribu.

Sedangkan Zullies menjelaskan mahalnya remdesivir lantaran obat baru yang masih bari dikuasai lisensinya oleh beberapa pabrikan obat saja. Antivirus ini awalnya dikembangkan Gilead Sciences yang bisa memberikan lisensi produksi kepada beberapa perusahaa, seperti Global Amarox Pharma.

Jika masa paten usai, maka industri lain boleh memproduksi jenis antivirus tersebut dengan bebas. “Kalau sudah seperti itu biasanya lebih murah kalau ada generiknya,” kata Zullies.

Selain India, Tiongkok pada Februari sempat mengajukan paten penggunaan remdesivir saat Negeri Panda dihantam pandemi Februari lalu. Padahal saat itu pengembangan remdesivir masih dalam tahap uji klinis.

Kalbe sendiri tak menampik harga remdesivir yang terbilang mahal. Oleh sebab itu mereka membuka ruang pembicaraan dengan Global Amarox untuk menurunkan harga. “Masih didiskusikan antara Hetero, Amarox dan Kalbe,” kata Head of External Communications Kalbe Farma Hari Nugroho dalam pesan singkatnya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...