Pengusaha Belum Dapat Pinjaman Murah Meski Bunga Acuan Rendah

Rizky Alika
26 November 2020, 20:06
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (5/11/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 tumbuh sebesar 5,02 persen secara tahunan, capaian tersebut le
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (5/11/2019). Meski tingkat suku bunga acuan turun, pengusaha belum bisa mengakses pinjaman berbunga rendah.

"Jadi, jawaban dari lambatnya penurunan bunga kredit, terutama karena memang persepsi risiko kredit oleh perbankan," ujar Perry dalam Konferensi Pers usai Rapat Dewan Gubernur Bulan November, Kamis (19/11).

Perry menjelaskan, aktivitas ekonomi yang menurun menyebabkan risiko kredit meningkat. Sejumlah bank pun meningkatkan biaya pencadangan atas risiko tersebut.

Berdasarkan data BI, rasio kredit bermasalah atau NPL perbankan pada kuartal III 2020 mencapai 3,15% secara gross dan 1,07% secara nett. Rasio NPL tetap meningkat dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 2,53% secara gross dan 1,18% secara nett meski ada aturan relaksasi kredit.

Meski demikian, Perry memastikan pemulihan ekonomi terus berlanjut. Kondisi korporasi, terutama yang berskala besar dan melakukan ekspor, sudah membaik. "Sudah saatnya penyaluran kredit didorong dan membangun optimisme. Kami mengharapkan perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit sehingga mendorong pemulihan ekonomi," katanya.

Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit industri perbankan dalam negeri pada pada September 2020 hanya tumbuh 0,12% secara tahunan. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan kredit Agustus 2020 yang mencapai 1,04% secara tahunan.

Tercatat, penyaluran kredit oleh bank umum swasta nasional secara tahunan turun 2,61% pada September 2020. Sedangkan penyaluran kredit oleh bank-bank milik pemerintah tercatat mampu tumbuh 2,54% secara tahunan.

"Belum kuatnya permintaan kredit ini mencerminkan sikap sektor swasta yang masih berhati-hati atau wait and see terhadap outlook risiko ke depan," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam konferensi pers secara virtual, Senin (2/11).

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...