Tak Perlu Khawatir dengan Efikasi Vaksin Sinovac

Image title
Oleh Alfons Yoshio - Tim Riset dan Publikasi
17 Januari 2021, 11:00
Vaksinator menunjukkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac yang akan disuntikkan kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, Bali, Kamis (14/1/2021). Rumah sakit khusus untuk penanganan COVID-19 di wilayah Provinsi Bali ters
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.

“Ketika tadi diumumkan hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65.3%, mungkin ada yang kecewa, ‘kenapa kok rendah?’, tapi menurut saya ini awal yang baik. Apalagi batasan minimal FDA, WHO, dan EMA untuk persetujuan vaksin itu 50 persen,” ujar Zullies lagi.

Selain itu dia juga menjelaskan Efikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat risiko infeksi tempat uji,  karakteristik subyek ujinya, dan pola kesehatan masyarakat.  

Senada dengan Zullies, Associate Professor Universiti Putra Malaysia Bimo Ario Tejo berpendapat nilai efikasi Vaksin Sinovac tidak lantas menjadi masalah.

“Kenapa orang tiba-tiba mempermasalahkan efikasi 65 persen, sedangkan vaksin influenza yang efikasinya 44 persen tidak penah dipermasalahkan? Orang hanya melihat dan membandingkan angka efikasi tanpa memahami maknanya," ujar Bimo dikutip dari Narasi.

Dia juga menyebut terdapat protokol uji klinis yang berbeda di tiap negara yang melaksanakan pengetesan efikasi vaksin. Kenapa orang tiba-tiba mempermaslahkan efikasi 65 persen, sedangkan vaksin influenza yang efikasinya 44 persen tidak penah dipermasalahkan? Orang hanya melihat dan membandingkan angka efikasi tanpa memahami maknanya," kata Bimo lagi.

Selain soal efikasi, Zullies juga menekankan soal khasiat lain vaksin yakni imunogenitas. “Apalagi disampaikan juga tadi bahwa vaksin memiliki imunogenisitas yang tinggi dengan angka seropositive mencapai 99,23 % pada tiga bulan pertama, yang berarti dapat memicu antibodi pada subyek yang mendapat vaksin.”

Dia menambahkan penurunan kejadian infeksi sekitar 65 persen terhadap populasi tentu akan sangat bermakna dan memiliki dampak berganda. “Katakanlah dari 100 juta penduduk Indonesia, jika tanpa vaksinasi ada 8,6 juta yang bisa terinfeksi, jika turun 65 persen dengan vaksinasi, maka hanya 3 juta penduduk yang terinfeksi, selisih 5,6 juta,” kata Zullies.

Selain menyelamatkan jutaan jiwa, vaksinasi juga mencegah penggunaan fasilitas perawatan kesehatan dalam jumlah besar. Belum lagi secara tidak langsung bisa mencegah penularan lebih jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin, ini dapat mencapai kekebalan komunal atau herd immunity.

Vaksinasi secara umum dinilai dapat mengurangi angka penularan Covid-19 di Indonesia. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah penerapan protokol kesehatan. Mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan alias Gerakan 3M perlu tetap penting diaplikasikan setidaknya sampai mayoritas kelompok masyarakat terlindungi.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...