Kelenteng Sam Poo Kong, Saksi Perjalanan Laksamana Cheng Ho

Image title
21 Agustus 2021, 19:50
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan peninggalan sejarah yang digunakan untuk menghormati jasa Laksamana Cheng Ho
kemlu.go.id
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan peninggalan sejarah yang digunakan untuk menghormati jasa Laksamana Cheng Ho

Pada tahun 1417, Wang membangun patung Laksamana Cheng Ho di dalam gua batu agar penduduk setempat dapat mengingat dan memberikan penghormatan kepadanya. Wang kemudian meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di sekitar daerah itu. Sejak itu, penduduk setempat menyebut makamnya sebagai Makam Kyai Juru Mudi (Makam Kapten Kapal).

Ketika gua batu runtuh akibat longsor besar pada tahun 1704, penduduk setempat membangun gua baru di samping Makam Kapten Kapal dan hingga kini dikenal sebagai Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Kelenteng tersebut sudah beberapa kali dipugar.

Pada tahun 1965, Yayasan Sam Poo Kong didirikan oleh Thio Siong Thouw dan restorasi mulai dilakukan pada Januari 2002 untuk mencegah banjir dan masalah lain yang mungkin terjadi. Restorasi selesai pada Agustus 2005, bersamaan dengan 600 tahun peringatan kedatangan Laksamana Cheng Ho di Semarang. Setelah restorasi tersebut, kuil utama diubah menjadi megah dan luas untuk menghormati Laksamana Cheng Ho.

Bangunan Klenteng Sam Poo Kong

Menurut sebuah artikel oleh Benedicta Sophie Marcella dalam Jurnal Komposisi Arsitektur, terdapat lima bangunan dalam area Klenteng Sam Poo Kong yaitu Kelenteng Utama Sam Poo Kong, Kelenteng pemujaan Dewa Bumi, Kelenteng makam Mbah Kyai Jurumudi,  Kelenteng Mbah Kyai Jangkar, Klenteng Mbah Kyai Tumpeng dan Mbah Kyai Curudik Bumi.

Klenteng Utama Sam Poo Kong

Kelenteng utama digunakan sebagai pemujaan terhadap Laksamana Cheng Ho. Bangunan Klenteng Utama memiliki 90 tiang pilar berwarna merah dengan motif naga. Atap kelenteng utama bertingkat tiga serta terdapat patung simbol binatang pada ujung atap.

Warna yang digunakan untuk atap adalah merah, hijau, dan kuning. Kelenteng ini dihiasi berbagai lampion dan ornamen naga berwarna putih serta lantai yang terbuat dari marmer. Patung Laksamana Cheng Ho berada di depan Klenteng utama.

Kelenteng Pemujaan Dewa Bumi

Fungsi kelenteng ini adalah sebagai pemujaan bagi Dewa Bumi atau dikenal dengan nama Hok Tik Tjing Sin. Bangunan ini berbentuk persegi empat dengan tinggi 16 m dan ujung atap yang meruncing. Terdapat 36 pilar berwarna merah dengan ujung bagian atas tiang berwarna kuning berbentuk lingkaran.

Atap kelenteng ini bertingkat dua dan tidak terdapat simbol hewan pada ujung atapnya. Plafon pada kelenteng ini merupakan perpaduan balok vertikal dan horizontal. Warna yang digunakan adalah putih, merah, dan hijau.

Kelenteng Kyai Jurumudi

Kelenteng ini digunakan sebagai tempat pemujaan bagi Kyai Juru Mudi Dampo Awang atau dikenal juga sebagai Kapten Wang Jinghong. Bangunan ini memiliki ketinggian 15 meter dan di dalamnya terdapat makam Kyai Jurumudi.

Bangunan kelenteng Kyai Jurumudi berbentuk persegi empat, berwarna merah, dan memiliki dua tingkatan atap yang ujungnya lancip dengan simbol hewan pada ujung atap. Pilar terdiri dari 16 tiang. Sebanyak 14 tiang berwarna merah bulat dihiasi lampu berbentuk teratai berwarna putih dan dua tiang pilar berukiran naga terletak di depan pintu masuk. Pada ujung atas tiang terdapat bulatan lingkaran berwarna kuning.

Kelenteng Mbah Kyai Jangkar

Kelenteng Mbah Kyai Jangkar terdapat tiga altar sembahyang, yaitu tempat sembahyang Arwah Hoo Ping, Nabi Kong Hu Tju, dan Mbah Kyai Jangkar. Bangunan Klenteng Mbah Kyai Jangkar terbuat dari bata dengan ketinggian 10 meter.

Terdapat empat pilar dalam bangunan dua tiang pilar berbentuk bulat dua berbentuk persegi empat, dengan dinding bata kiri dan kanan bangunan berwarna Hijau.

Klenteng Kyai Tumpeng dan Kyai Curudik Bumi

Klenteng Mbah Kyai Tumpeng dan Mbah Kyai Curudik Bumi menampilkan arsitektur Jawa dengan atap limasan berwarna merah dan pilar persegi empat berwarna kuning. Terdapat makam Mbah Kyai Tumpeng dan Mbah Kyai Curudik Bumi. Adapun peralatan sembayang berupa tempat dupa, tempat lilin yang terbuat dari besi, dan kursi berwarna merah.

Demikian ulasan dan informasi mengenai Klenteng Sam Poo Kong, jika Anda berkunjung ke Semarang, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi kelenteng bersejarah ini.

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...