Tari Gandrung, Kekayaan Budaya dari Banyuwangi yang Patut Dilestarikan

Siti Nur Aeni
15 November 2021, 09:16
Penari berlatih tari Gandrung Sewu di pesisir Pantai Marina Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (11/10/2019). Sebanyak 1.350 penari akan mementaskan tari Gandrung Sewu secara kolosal di Festival Gandrung Sewu pada Sabtu (12/10/2019) di pesisir Pantai Mari
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Penari berlatih tari Gandrung Sewu di pesisir Pantai Marina Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (11/10/2019). Sebanyak 1.350 penari akan mementaskan tari Gandrung Sewu secara kolosal di Festival Gandrung Sewu pada Sabtu (12/10/2019) di pesisir Pantai Marina Boom, Banyuwangi.

Di Indonesia ada banyak tari tradisional yang memiliki ciri khas tersendiri. Tari tradisional tak hanya ekspresi budaya namun juga memiliki makna mendalam. Tari gandrung merupakan salah satu tari tradisional yang memiliki makna dan karakteristik berbeda dengan tari tradisional lain. Tarian ini bahkan sering dijadikan objek wisata budaya.

Makna Tari Gandrung

Tari gandrung berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut penjelasan di petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, tarian ini memiliki makna rasa syukur masyarakat Banyuwangi setelah panen.

Sementara itu dalam jurnal Harmonia 12(1), menerangkan bahwa kata “gandrung” bermakna terpesona. Maksudnya ialah masyarakat Banyuwangi terpesona kepada Dewi Sri atau Dewi Padi yang membawa kesejahteraan. Ungkapan rasa syukur ini diwujudkan dalam kegembiraan dan hiburan.

Jika melihat dari sejarahnya, tari tradisional ini awalnya dibawakan oleh perempuan bernama Semi. Kemudian diturunkan ke adik-adik perempuannya yang menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggung.

Seni tari ini kemudian berkembang di seluruh penjuru Banyuwangi dan menjadi budaya khas daerah tersebut. Awal mulanya, tari ini hanya boleh dibawakan keturunan penari gandrung.

Namun sejak tahun 1970an, banyak perempuan muda yang bukan keturunan penari gandung mempelajari tari ini. Bahkan mereka menjadikan seni tari ini sebagai sumber mata pencaharian. Sejak saat itu, tari gandrung mulai dapat dibawakan seluruh kalangan.

Seiring berkembangnya waktu, tarian tradisional ini juga mulai dibawakan kaum pria yang didandani seperti perempuan. Sayangnya pada 1890an, gandrung laki-laki mulai langka. Hal ini diduga karena berkembangnya ajaran Islam yang melarang kaum adam berpenampilan seperti perempuan. Hingga akhirnya tahun 1914 gandrung laki-laki benar-benarnya hilang.

Gerakan Tari Gandrung

Tarian ini memiliki gerakan khas yang lengkap mulai dari gerakan tangan, kaki, hingga bahu. Berdasarkan penjelasan di jurnal Harmonia 12(1), berikut ini beberapa gerakan tari gandrung yang harus ada dalam pertunjukan tarian ini.

1. Titik tumpu

Umumnya tari khas Banyuwangi ini memiliki titik tumpu berat badan dibagian telapak kaki depan (jinjid).

2. Gerakan dada ke depan

Dada didorong kebagian depan seperti tari Bali.

3. Gerak tubuh ke depan

Pada tarian ini, gerakan tubuh ke depan dikenal dengan sebutan ngangkruk.

4. Gerak persendian

Khusus gerakan persendian dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

  • Deleg duwur: gerakan kepala dan leher. Pada bagian ini, hanya leher bagian atas yang digerakan. Sedangkan bagian kepala digerakan ke kiri dan kanan.
  • Deleg nduwur dinggel: gerakan ini sama dengan deleg duwur, hanya saja ditambah dengan tolehan.
  • Deleg manthuk: merupakan gerakan kepala mengangguk.
  • Deleg layangan: gerakan yang deleg duwur yang ditambah dengan ayunan tubuh.
  • Deleg gulu: yaitu gerak kepala ke kiri dan kanan.

5. Gerakan persendian bahu

Gerakan tari gandrung selanjutnya yaitu gerak persendian bahu yang terdiri atas:

  • Jingket merupakan gerakan bahu digerakan ke atas, ke bawah, atau ke samping.
  • Egol pantat yang lombo dan kerep, ialah gerakan pantat ke kanan dan kiri mengikuti alunan musik gendang.
  • Sikap dan gerak jari. Pada gerakan ini ada tiga jenis yaitu jejeb, cengkah, dan ngeber.

6. Permainan sampur

Gerakan ini merupakan komunikasi antara pria dan wanita. Ada beberapa permainan sampur di gerakan tari gandrung.

  • Nantang: gerakan sampur di lempar ke arah penari saat gong pertama dan selanjutnya.
  • Ngiplas: gerakan nolak kanan dan kiri secara bergantian.
  • Ngumbul: ialah gerak membuang ujung sampur ke atas, ke dalam, atau keluar.
  • Ngebyar: merupakan gerakan ujung sampur dikibaskan arah ke dalam atau ke luar.
  • Ngiwir: gerakan ujung sampur di jipit dan di getarkan.
  • Nimpah: merupakan gerak ujung sampur disampirkan ke lengan kanan atau kiri pada gerakan sagar atau ngalang.

7. Sikap dan gerakan kaki

Gerakan tari gandrung selanjutnya yaitu sikap dan gerakan kaki yang terbagi atas:

  • Laku nyiji.
  • Laku ngloro.
  • Langkah genjot.
  • Langkah triol atau kerep.

Properti Tari Gandrung

Selain gerakan, properti tari gandrung juga sangat mempengaruhi pertunjukan tari ini. Properti yang digunakan mulai dari musik pengiring, tata busana, dan tata rias. Berikut penjelasannya.

1. Musik pengiring

Pertunjukan tarian gandrung ini diiringi musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Menurut penjelasan di petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, musik pengiring ini terdiri atas;

  • Satu buah kempul atau gong.
  • Satu buah kluncing (triangle).
  • Satu atau dua buah biola.
  • Dua buah kendhang.
  • Sepasang kethuk.

Tarian ini juga terkadang diiringi dengan saron Bali, angklung, atau rebana yang merupakan bentuk kreasi dan diiringi electone.

2. Tata busana

Berdasarkan penjelasan di petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, busana penari gandrung terbuat dari beludru dengan warna hitam. Busana tersebut terdapat ornamen kuning emas, manik-manik mengkolat, dan bentuk leher botol yang melilit sampai dada.

Pada bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher ada ilat-ilatan yang menutup dada dan penghias bagian atas. Sementara itu, pada bagian lengan dihias dengan satu buah kelat bagi.

Bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong dan kain warna-warni sebagai hiasan. Untuk selendang dipakai pada bagain bahu.

Di bagian kepala dipasang hiasan seperti mahkota bernama omprok yang terbuat dari kulit kerbau dengan oranamen emas dan merah serta ditambah ornamen tokoh Antasena.

Pada zaman dahulu ornamen Antasena tidak melekat sebagai mahkota namun setengah terlepas seperti sayap burung. Namun saat tahun 1960an, ornamen Antasena dilekatkan pada omprok hingga digunakan sampai sekarang.

Ornamen ini akan membuat wajah penari berbentuk bulat telur. Selain mahkota, pada bagian kepal juga terdapat hiasan bunga bernama cundhuk mentul. Untuk memberikan kesan magis, bagian omprok juga sering dipasang hio.

3. Tata rias wajah

Menurut penjelasan di jurnal Harmonia 12(1), tata rias wajah penari gandrung ini merupakan model tata rias cantik. Jenis riasan ini bertujuan untuk mempercantik diri. sehingga setelah wajah penari dirias, akan tampak berubah dan lebih memukau.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...