Mengenal Asal Usul Tari Perang Asal Pulau Nias

Image title
6 Desember 2021, 15:25
Tari perang asal pulau Nias dan lompat batu sebagai salah satu tradisi budaya
Indonesia.go.id
Tari perang dan lompat batu sebagai salah satu tradisi seni di Pulau Nias

Pada mulanya tarian perang ini memiliki kaitan erat dengan serangan invasi Belanda di tahun 1863. Saat itu Belanda menyerang Desa Orahili Fau sehingga warga melarikan diri ke Desa Majine, termasuk empat orang kakak beradik.

Selang beberapa tahun, tiga orang kakak beradik itu kembali ke Desa Orahili Fau, sedangkan yang seorang lagi tetap tinggal di Desa Majine. Tiga kakak beradik itu takut kalau Belanda akan menyerang lagi sehingga mereka mendirikan desa baru di dekat situ dan diberi nama Desa Bawomataluo.

Dalam sejarahnya tercatat bahwa selang beberapa tahun, dua bersaudara kakak dan adik itu yang paling muda memilih kembali ke Desa Orahili Fau, sedangkan si kakak tetap tinggal di Desa Bawomataluo. Karena rumah adat di desa asal mereka sudah dihancurkan Belanda, akhirnya mereka memutuskan untuk membangun rumah adat besar di masing-masing desa.

Ternyata kembalinya sanak saudara ke desa asal membuat percikan konflik di antara mereka. Konflik bermula saat mereka sedang membangun rumah adat besar di Desa Orahili Fau, si kakak dari Desa Bawomataluo malah pergi berburu dan tidak ikut gotong royong. Si adik yang menunggu kedatangan kakaknya untuk ikut bergotong royong menjadi kesal karena kakaknya tidak kembali. Di sinilah awal mula terjadinya perang antardesa. Sehingga kisah tersebut yang menjadi akar dari cikal bakal kelahiran tari perang di Pulau Nias.

Perlengkapan Tari Perang

Pada saat tampil para penari tari perang akan mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu asli berwarna cokelat. Ada juga yang memakai baju dari bahan ijuk.

Selain itu, para penari juga tampil dengan menggunakan topi perang dan alas kaki yang terbuat dari sabut kelapa. Mereka membawa perisai dan lembing sebagai perlengkapan perang. Perisai terbuat dari besi asli, tapi lembingnya tidak tajam karena takut melukai penonton di sekitar penari.

Sebagai kesenian tradisional Indonesia, tari perang sudah tampil melalang buana di berbagai penjuru dunia. Hal itu disebabkan dari gerakan koreografinya yang menarik dengan hentakan kaki dan ayunan tombak yang diiringi oleh musik. Gerakannya menggambarkan semangat para ksatria dalam mempertahankan desa mereka dari serangan musuh.

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...