Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia dari Sumatra hingga Maluku

Image title
7 Desember 2021, 16:17
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, dari Samudera Pasai Sampai NU
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.
Umat muslim melaksanakan salat gerhana bulan di Masjid Agung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021).

Pada 22 September 1605, raja Gowa, Karaeng Tonigallo, memeluk agama Islam dan memperoleh gelar Sultan Alaudin. Beliau menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Ternate dan bersahabat baik dengan Sultan Baabullah. Akhirnya, Kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi kerajaan bercorak Islam dan gencar melakukan perluasan wilayah.

Kalimantan

Mengacu pada prasasti-prasasti yang ada sekitar abad V M, di Kalimantan Timur telah berdiri kerajaan Hindu, yakni Kerajaan Kutai. Selain itu, ada pula Kerajaan Sukadana, di Kalimantan Barat dan Kerajaan Banjar di kalimantan Selatan.

Pada abad XVI, Islam mulai mengunjungi daerah Kerajaan Sukadana. Hingga pada 1590, kerajaan tersebut resmi menjadi kerajaan Islam di bawah pimpinan Sultan Giri Kusuma.

Di abad yang sama, Kalimantan Selatan masih didominasi oleh kerajaan Hindu, antara lain Kerajaan Banjar, Negaradipa, Kahuripan, dan Kerajaan Daha yang berhubungan erat dengan Majapahit.

Ketika Kerajaan Demak berdiri, para pemuka agama di Demak serentak menyebarkan agama Islam di Kalimantan Selatan. Kemudian, Raja Banjar Raden Samudera masuk Islam dan berganti nama menjadi Suryanullah. Selanjutnya, dengan bantuan Demak, Sultan Suryanullah berhasil menguasai Kerajaan Negaradipa dan Islam mulai berkembang luas di Kalimantan.

Maluku dan Sekitarnya

Ada empat kerajaan di Maluku yang saling berselisih dan bersaing, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Namun, Ternate yang memegang peranan penting dan menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.

Agama Islam sudah dikenal rakyat Ternate sejak abad XV M. Raja Ternate yang pertama-tama memeluk Islam adalah Sultan Mahrum (1465-1468). Kemudian, digantikan oleh Sultan Zainal Abidin yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Maluku dan Irian.

Tak lama, Raja Tidore kemudian masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Jamaludin. Hal yang sama dilakukan oleh Raja Jailolo dan mengganti namanya menjadi Sultan Hasanudin, dan Raja Bacan yang mengganti namanya mejadi Sultan Zainal Abidin.

Masa Penjajahan

Di masa penjajahan terdapat pejuang-pejuang Islam yang gencar menentang perendahan, perampasan, dan perampokan terhadap nila dan hak-hak manusia, seperti Sultan Trenggono (Kasultanan Demak) yang mengirim bala tentara untuk menggempur benteng Portugis di Sunda Kelapa.

Pada 1628, Sultan Agung Hanyakarakusuma (Kesultanan Mataram) mengirim 10.000 tentara yang dipimpin oleh Bupati Kendal, Tumanggung Bahureksa, untuk menggempur Benteng Holandia, pusat kekuasaan VOC di Batavia.

Selain itu, tahun 1825 hingga 1830 terjadi perang Diponegoro dengan seruan jihad fi sabilillah.

Masa Perang Kemerdekaan

Pada 10 Mei 1908, berdiri Budi Utomo dengan tujuan memperluas kesempatan masyarakat lokal mendapatkan pendidikan pengajaran yang layak sebagai usaha mengangkat derajat bangsa.

Kemudian, atas gagasan Haji Samanhudi dan Raden Mas Tirtoadisuryo didirikan perkumpulan dengan nama Sarekat Dagang Islam pada 1909. Hingga pada 1912, atas usul Haji Oemar Said Cokroaminoto, gerakan ini diperluas dan berganti nama menjadi Sarekat Islam.

Di tahun yang sama, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Beberapa tahun berselang, tepatnya pada 1926, berdiri Nahdlatul Ulama dengan ketua pertamanya Kyai Haji Hasyim Asy'ari

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...