Sejarah Hari Kartini, Perayaan Perjuangan Emansipasi Wanita

Image title
21 April 2022, 06:04
Mahasiswa seni rupa menggambar tokoh wanita Indonesia RA. Kartini di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (21/4/2021). Kegiatan menggambar bersama tersebut dalam rangka memperingati Hari Kartini .
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa.
Mahasiswa seni rupa menggambar tokoh wanita Indonesia RA. Kartini di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (21/4/2021). Kegiatan menggambar bersama tersebut dalam rangka memperingati Hari Kartini .

Berawal dari pendirian sekolah-sekolah tersebut, organisasi wanita mulai bermunculan di Indonesia. Keinginan kaum wanita untuk membentuk organisasi didukung oleh para pemuda pelajar. Atas bantuan para pemuda STOVIA yang tergabung dalam organisasi Budi Utomo, sebuah organisasi wanita bernama Putri Mahardika dibentuk pada tahun 1912 di Jakarta.

Putri Mahardika merupakan organisasi wanita pertama di Indonesia. Tujuannya memberikan penerangan dan nasehat kepada kaum putri Indonesia tentang pentingnya pendidikan, sekaligus menggalang dana bantuan keuangan untuk membantu para gadis yang tidak mampu melanjutkan pendidikan.

Berdirinya Putri Mahardika memicu organisasi wanita lain di Indonesia. Misalnya, Organisasi Perwiyatan Istri pada tahun 1915, Wanita Susilo pada tahun 1918, dan Purborini pada tahun 1917.

Kongres Perempuan Indonesia

Berawal dari Kongres Pemuda, beberapa wanita turut hadir dan menyumbangkan gagasan. Atas inisiatif tujuh organisasi wanita, Kongres Perempuan Indonesia diselenggarakan pada 22-25 Desember 1928, bertempat di Pendopo Joyodipuro, Yogyakarta.

Terselenggaranya Kongres Perempuan Indonesia Pertama ini merupakan momentum yang sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan. Berdasarkan buku Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia (Sebuah Tinjauan Awal), terdapat beberapa keputusan dalam kongres tersebut, yaitu:

  • Mendirikan badan federasi bersama “Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI)”.
  • Menerbitkan surat kabar yang redaksinya dipercayakan kepada pengurus PPPI anggota-anggota redaksi terdiri dari : Nyi Hadjar Dewantara, Nn. Hajinah, Ny. Ali Sastroamidjojo, Nn. Ismudiyati, Nn. Budiah, dan Nn. Sunaryati.
  • Mendirikan studiefonds yang akan menolong gadis-gadis tidak mampu.
  • Memperkuat pendidikan kepanduan putri.
  • Mencegah perkawinan anak-anak.
  • Mengirimkan mosi kepada pemerintah agar: (a) Secepatnya diadakan fonds bagi janda dan anak-anak; (b) Tunjangan bersifat pensiun (onderstand) jangan dicabut; (c) sekolah-sekolah putri diperbanyak.
  • Mengirimkan mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dilakukan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.

Penetapan Hari Kartini

Mengutip Sisi Lain Kartini, di Solo pada hari Minggu, 21 April 1929, Yayasan Van Deventer di menyelenggarakan peringatan mengenang 50 tahun kelahiran R. A. Kartini. Peringatan tersebut dihadiri oleh pihak keluarga R. A. Kartini dan berbagai kalangan tamu.

Peringatan Hari Kartini mulai diadakan secara besar-besaran pada 21 April 1947. Perayaan tersebut diadakan di Lapangan Merdeka yang dulu disebut Koningsplein. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan dengan pidato laporan ketua panitia Nyonya Sitiati.

Sejak saat itu, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Melihat hal tersebut, Presiden Ir. Soekarno menetapkannya R. A. Kartini sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 108 Tahun 1964, tertanggal 2 Mei 1964.

Keputusan tersebut juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini yang diperingati setiap tahun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...