Sejarah Jalan Pantura, Jalur yang Dibangun dengan Cara Kerja Paksa

Tifani
Oleh Tifani
6 September 2022, 10:11
jalan pantura
ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Ilustrasi, kendaraan arus balik melintas di jalur Pantura, Tegal, Jawa tengah.

Dibangun Melalui Kerja Paksa

Meskipun Jalan Raya Pos yang kini dikenal sebagai Jalan Pantura memiliki banyak manfaat bagi perekonomian masyarakat khususnya Pulau Jawa. Jalan Pantura ternyata dibangun dengan keringat, darah, dan nyawa para pekerja, terutama kaum pribumi yang menjadi buruh kerja paksa.

Pramoedya Ananta Toer dalam buku "Jalan Raya Pos Jalan Raya Daendels" menceritakan kondisi para pekerja yang tewas karena kelelahan dan diserang penyakit malaria lantaran iklim dan kondisi Jawa saat itu masih dipenuhi rawa dan hutan.

Pembangunan yang melibatkan kekuasaan pemerintah daerah dilakukan atas dasar keterbatasan dana yang dibawa Daendels dari Kerajaan Belanda. Dana awal yang Daendles bawa hanya sebesar 30.000 ringgit, hanya cukup untuk melakukan perapihan jalan dari Batavia (Jakarta) menuju Buitenzorg (Bogor).

Pada 1808, Daendles mengumpulkan seluruh bupati di Pulau Jawa dan menugaskan mereka untuk membangun jalan yang akan melewati wilayah mereka.

Selanjutnya pembangunan jalan ini dilanjutkan pada tahun 1809. Pembangunan di mulai dari Anyer hingga menyusuri pesisir Pulau Jawa. Pemerintah Hindia Belanda berharap dengan adanya jalur ini, komoditi unggulan seperti kopi dapat didistribusikan ke pelabuhan dalam waktu singkat.

Rupanya proyek Daendles ini hanya dapat dinikmati oleh kelompok tertentu, seperti kereta kuda miliki pemerintah Hindia-Belanda atau kereta kuda milik bangsawan pribumi.

Sampai akhirnya Surat Keputusan No. 4 tertanggal 19 Agustus 1857 menyebutkan rakyat boleh melewati jalan ini. Lebih dari 200 tahun setelah pembangunan awal, Jalan Raya Pos pun bertransformasi menjadi jalan yang dikenal luas dengan nama jalur atau Jalan Raya Pantura.

Pada dekade 1930-an, migrasi penduduk di Pulau Jawa tidak terelakan. Kondisi inilah yang membuat selama kurun waktu 50 tahun, perkembangan Pantura semakin pesat sampai akhirnya terlihat pada tahun 1980. Hiruk pikuk jalur Pantura kemudian diisi dengan bising mesin kendaraan bermotor dan asap pekat dari knalpot truk dan bus lintas Jawa.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti, kapan kemunculan istilah ‘Pantura’ untuk menamai jalan nasional ini. Tetapi menurut Endah, istilah ini baru muncul dalam wacana media massa pada akhir tahun 1980. Jalan Pantura berhasil berubah, baik secara fisik dan fungsi.

Satu hal yang tetap sama dari Jalan Pantura dan Jalan Raya Pos adalah keduanya tetap menjadi primadona, baik pada masa penjajah zaman dahulu hingga penduduk Pulau Jawa saat ini. Pantura kini jadi salah satu ikon masyarakat tiap momen mudik atau pulang kampung terjadi.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...