Di DPR, Bahlil Ungkap Penyebab Kerusuhan Rempang hingga Gas Air Mata
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengakui proses awal realisasi investasi di Pulau Rempang memicu kericuhan. Konflik terkait realisasi investasi tersebut bahkan sampai menghadirkan gas air mata.
Bahlil menilai konflik tersebut disebabkan oleh miskomunikasi antara pemerintah dan masyarakat lokal di Rempang. Menurut Bahlil, warga menganggap kedatangan aparat ke Rempang sebagai tahap awal penggusuran dalam realisasi investasi di sana.
"Faktanya kami aparat yang ke sana belum melakukan pemindahan, tapi seolah-olah dilakukan seperti itu," kata Bahlil dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (2/10).
Bahlil menjelaskan aparat yang dimaksud adalah kementerian teknis terkait tanah yang ingin melakukan pematokan dan pengukuran tanah. Dia menyampaikan, pematokan tersebut dibutuhkan untuk penentuan area Rempang yang akan digunakan sebagai realisasi investasi senilai US$ 11,56 miliar atau Rp 175 triliun.
Untuk diketahui, realisasi investasi yang dimaksud adalah pembangunan kawasan industri terintegrasi. Pada akhirnya, kawasan industri tersebut akan memproduksi kaca dan panel surya dari hulu hingga hilir.
Akan tetapi, kata Bahlil, masyarakat setempat justru menilai pematokan tersebut sebagai tindakan awal penggusuran. Oleh karena itu, masyarakat setempat merobohkan pohon di akses utama menuju Rempang untuk menghalang petugas pemerintah tersebut.