BMKG Prediksi Situasi Iklim Indonesia 2024 Berpeluang Dilanda La Nina

Image title
1 Januari 2024, 10:59
Ilustrasi. BMKG memantau dua Bibit Siklon Tropis yang tumbuh di Belahan Bumi Utara Indonesia, yaitu Bibit Siklon Tropis 98W yang tumbuh di Samudra Pasifik Barat sebelah Timur Filipina dengan kecepatan angin maksimum mencapai 54 km/jam.
bmkg.go.id
Ilustrasi. BMKG memantau dua Bibit Siklon Tropis yang tumbuh di Belahan Bumi Utara Indonesia, yaitu Bibit Siklon Tropis 98W yang tumbuh di Samudra Pasifik Barat sebelah Timur Filipina dengan kecepatan angin maksimum mencapai 54 km/jam.
Button AI Summarize

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis 'Climate Outlook 2024' atau 'Pandangan Iklim 2024' pada akhir 2023 kemarin. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, climate outlook tersebut dapat digunakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sebagai panduan untuk membuat perencanaan kegiatan pembangunan pada sektor yang terkait fenomena iklim.

Dalam outlook tersebut, Dwikorita menyampaikan gangguan iklim dari Samudera Pasifik yaitu El Nino-Southern Oscillation (ENSO) atau dikenal El Nino, masih akan bertahan di awal tahun 2024. Namun, sudah berada pada fase lemah-moderat. "Hingga akhir tahun 2024 diprediksikan berada pada fase netral," kata dia dalam siaran pers resmi BMKG (31/12).

Demikian pula dengan fenomena Dipol Samudra Hindia atau yang lebih sering disebut sebagai Indian Ocean Dipole (Indian Niño) yang merupakan penyebab gangguan iklim dari Samudera Hindia, diprediksikan akan berada pada fase netral dari awal hingga akhir tahun 2024.

Dipol Samudra Hindia atau IOD didefinisikan sebagai perbedaan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) antara wilayah timur dengan barat Samudera Hindia. IOD memiliki dua fase yaitu positif dan negatif, dan umumnya bergerak selaras dengan fase Osilasi Selatan El Nino (ENSO).

Dua fenomena gangguan dari samudera tersebut, El Nino dan IOD, menyebabkan kondisi kemarau di Indonesia menjadi lebih kering dan lebih intens. Fenomena serupa dialami Indonesia pada 2019.

Berpotensi La Nina

Dwikorita menjelaskan, terdapat peluang kecil Indonesia akan mengalami fenomena La Nina yang merupakan pemicu anomali iklim basah. "Berdasarkan dinamika atmosfer tersebut, jumlah curah hujan tahunan 2024 diprediksi umumnya berkisar pada kondisi normal," kata dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...