Impor Berkurang, Jokowi Apresiasi Petani Jagung dalam Debat Capres

Michael Reily
18 Februari 2019, 12:00
Petani Jagung
ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Buruh tani mengemas jagung manis ke dalam karung usai dipetik di area persawahan Desa Bringin, Kediri, Jawa Timur, Selasa (8/5). Petani di daerah tersebut mengaku lebih untung menanam jagung manis (jagung sayur) karena masa panen lebih cepat dari pada jagung pakan ternak (jagung kering) dan dengan harga jual relatif stabil pada kisaran harga Rp2.000 per kilogram.

Data Kementerian Pertanian, terjadi pergeseran sentra produksi jagung dalam kurun waktu 1993 sampai 2015. Pergeseran produksi itu terjadi dari pulau Jawa ke Sumatera dan wilayah Timur Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Meskipun pada 1993 mayoritas produksi jagung masih di Jawa sebesar 62,26%, namun secara perlahan mulai terjadi pergeseran ke luar Jawa, sehingga produksi jagung di Jawa menyusut menjadi 54,1% per 2015.

Pada periode yang sama, kenaikan kontribusi produksi jagung di Sumatera naik dari 16,27% menjadi 21,7%, serta Sulawesi dari 11,86% persen menjadi 14,1%. Meski demikian, pabrik pakan saat ini masih terpusat di dua pulau besar yaitu Jawa (65 pabrik atau 72,2%) dan Sumatera (19 pabrik atau 21,1%) dari total 90 pabrik.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, menjelaskan rekomendasi impor terus menurun. Tahun lalu, rekomendasi impor jagung pakan ternak hanya sebanyak 100 ribu ton.

"Jagung kami gunakan sebagai cadangan pemerintah melalui keputusan Rakortas dengan pelaksana impor jagung adalah Bulog," kata Diarmita.

Diarmita mengatakan, data impor jagung yang dipublikasikan oleh BPS maupun Kementerian Pertanian terdiri dari beberapa kode Harmonized System (HS) serta bukan merupakan produk tunggal. Alhasil, kebanyakan data impor yang besar adalah jagung segar maupun olahan, bukan jagung pakan ternak.

Menurutnya, jagung segar bisa berupa jagung bibit, jagung brondong, dan jenis jagung segar lainnya. Sedangkan jagung olahan bisa berupa maizena, jagung giling, pati jagung, minyak jagung, sekam, dedak, bungkil dan residu.

“Inilah yang perlu kita pahami bersama bahwa tidak ada kode HS khusus jagung yang digunakan untuk pakan dan penggunaan jagung segar," ujarnya. 

Diarmita menambahkan, jagung sebagai komoditas pangan strategis kedua setelah padi, juga  salah satu bahan pakan utama dalam formulasi pakan, sampai dengan akhir 2017 rekomendasi pemasukannya melalui Kementerian Pertanian. Namun,  jagung selain untuk  pakan untuk makanan, atau olahan berdasarkan rekomendasi impor oleh Kementrian Perindustrian.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...