Transmart dan Hypermart Bersaing Rebut Konsumen Lewat E-commerce

Image title
Oleh Ekarina
23 September 2020, 08:26
Retail, Digital, E-commerce, Shoppe, Bisnis, Penjualan , Lippo Group, CT Corp, Brand, Pemasaran, Marketing .
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas kasir melayani pembeli dengan menggunakan pelindung wajah di Transmart, Gajah Mada, Jakarat, Senin (1/6/2020). Dua peretail milik konglomerasi besar memperkuat channel digital selama pandemi corona.

Pesaing Transmart di bisnis retail supermarket, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) juga melakukan hal serupa.  Pemilik gerai Hypermart, Foodmart dan Primo mulai berkolaborasi dengan e-commerce untuk menggaet lebih banyak pelanggan. 

Head of Public Relation MPPA, Fernando Repi mengatakan, perubahan perilaku konsumen di masa pandemi harus segera diikuti perusahaan. Perilaku konsumen yang lebih senang di rumah dan enggan berpergian ke gerai pun disiasati dengan berbagai cara.

Salah satunya dengan memperkuat strategi omni-channel, pendekatan pemasaran yang mengintegrasikan banyak kanal untuk memberikan pengalaman pelanggan secara efektif. 

Dia mengatakan, sebelumnya omni channel Hypermart dilakukan melalui layanan aplikasi  Chat& Shop melalui Whatsapp. Dengan kolaborasi bersama Shoppe, perusahaan retail milik Lippo Group ini dapat menempatkan toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh untuk memberikan lebih banyak akses ke pelanggan. 

"Ada sekitar 23 gerai di Jabodetabek siap mendukung kerja sama ini. Ke depan, perusahaan akan menambah lebih banyak gerai secara nasional ke platform Shoppe," kata Fernando kepada katadadata.co.id. 

Kendati kontribusi platform digital terhadap total penjualan saat ini masih kecil atau 12%, namun tren terjadi peningkatan. Menurutnya, pada 2019-2020, tren penjualan melalui platform digital tumbuh 8%-9%.

Ke depan, tren ini diperkirakan semakin meningkat, terlebih di masa pandemi. Seiring perubahan ini, perusahaan akan mengalihkan strategi belanja modal (capital expanditure/capex) ke belanja teknologi, promosi dan iklan ketimbang menambah gerai. Meski begitu, dia enggan merinci besaran investasi yang dimaksud. 

Pengamat pemasaran dan bisnis dari Universitas Prastiya Mulya, Agus Soehadi mengatakan kolaborasi bukanlah hal baru dalam bisnis. Konsep ini sudah banyak digunakan, sebelum pandemi Covid-19.

Namun, dia menilai kolaborasi merupaakan strategi bisnis yang tak terhindarkan saat ini. Bahkan tren bisnis ke depan akan mengarah ke strategi ini.

"Kolaborasi bahkan antar pesaing dalam suatu ekosistem dimungkinkan ke depan, bahkan bisa menjadi tren bisnis sebagai upaya memenuhi consumen demand," ujarnya kepada katadata.co.id. 

Meski demikian, untuk menjalankannya menurutnya tak mudah. Sebab, ada banyak sistem yang dibangun seperti rantai pasok (suplay chain). 

Penyumbang bahan: Agatha Lintang (Magang) 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...