Blunder Eiger, Kesalahan Brand Hadapi Konsumen yang Berulang

Happy Fajrian
1 Februari 2021, 15:45
eiger, brand, merek
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Pengunjung mengamati produk outdoor dalam Indonesia International Outdoor Festival (IIOutfest) 2019.

Kedua, surat disampaikan secara tertulis dan formal dari bagian hukum kepada konsumen tanpa ada unsur hukumnya. Serta ketiga, ada unsur kata-kata yang memerintah konsumen untuk memperbaiki dan menghapus konten, daripada merangkul.

Selain Eiger, Widyaretna juga mencontohkan kasus tagar #uninstallbukalapak sebagai contoh lain kegagalan komunikasi perusahaan atau brand dengan publik. Hanya saja kasus Bukalapak lebih berkaitan dengan situasi politik yang menjelang pemilihan presiden.

Ketika itu CEO Bukalapak Ahmad Zaky men-tweet tentang anggaran penelitian dan pengembangan (litbang) Indonesia yang minim. Dia menggunakan kata-kata ‘presiden baru’ dalam cuitannya tersebut yang diartikan warganet sebagai dukungan penantang petahana Presiden Joko Widodo, “mudah-mudahan presiden baru bisa naikin (anggaran litbang)”.

Good PR: Kasus Burger King

Adapun praktik public relations (PR) yang baik dapat dilihat pada cuitan restoran cepat saji Burger King beberapa waktu lalu yang dengan sukarela mengajak pelanggannya untuk membeli makanan dari perusahaan kompetitor seperti McDonalds, KFC, Wendy’s, Pizza Hut, dan restoran cepat saji lainnya.

Dilansir dari akun Instagram @burgerking.id, admin perusahaan memposting sebuah pengumuman berjudul "Pesanlah dari Mcdonalds". Dalam pesannya itu admin Burger King mengatakan bahwa, “tak pernah terpikirkan oleh kami untuk meminta Anda melakukan ini, tapi semua restoran yang memiliki beribu karyawan membutuhkan pertolongan Anda saat ini”.

Ilustrasi Whooper Burger milik perusahaan Burger King.
Ilustrasi Whooper Burger milik perusahaan Burger King. (Burger King / Instagram)

Pasalnya restoran-restoran cepat saji ini bisnisnya tengah dalam tekanan karena penjualan yang minim akibat pandemi corona yang membuat orang enggan makan di luar rumah.

"Jika ingi membantu, tetap manjakan diri Anda dengan makanan lezat melalui pesan antar, take away atau drive-thru. Menikmati Whooper pilihan terbaik, tapi memesan Big Mac juga tidak ada salahnya," tulis Burger King dalam pengumumannya.

Pengajar Brand dari Universitas Multimedia Nasional (UMN), Trihadi Purdiawan Erhan mengatakan, bila dipandang dari kacamata awam, apa yang dilakukan oleh Burger King tampak kontra produktif karena secara suka rela mempromosikan merek pesaing.

Namun, terlepas dari tulus atau tidaknya niat dari Burger King untuk melakukan endorsement terhadap merek pesaingnya, strategi komunkasi ini mampu menarik banyak simpati publik yang menghasilkan exposure cukup besar terhadap perusahaan.

"Selain itu Burger King juga akan mendapatkan citra yang postif dari kampanye tersebut, walaupun tidak akan berdampak secara langsung kepada perusahaan dalam bentuk penjualan " kata Trihadi kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

Burger King memang jagonya membuat iklan yang menarik perhatian publik. Seperti iklan Whooper, salah satu menu Burger King, yang mulai membusuk dan berjamur. Ini demi menyampaikan pesan bahwa produknya dibuat dengan bahan segar, tanpa pengawet dan pewarna buatan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...