Ramuan Bisnis ala Martha Tilaar Hadapi Gempuran Kosmetik Korea Selatan

Image title
Oleh Ekarina
5 November 2020, 17:52
Industri, Kosmetik, Martha Tilaar, Impor, Kosmetik Korea, Bisnis, Pandemi Corona, Survei.
Martha Tilaar Group / Instagram
Ilustrasi produk Martha Tilaar. Penjualan kosmetik dan kecantikan turun selama pandemi corona.

Riset Inventure dan Alvara menunjukkan, 70,5% dari 629 responden yang disurvei menyatakan masih khawatir pergi ke salon dan melakukan treatment kecantikan.

Untuk membuat bisnisnya tetap bertahan, perusahaan pun memutar produksinya ke varian produk non-kecantikan yang sedang banyak dibutuhkan masyarakat, seperti seperti jamu, hand sanitizer hingga obat pel.

Namun, produksi ini tidak sendirian melainkan berkolaborasi dengan beberapa brand besar lain, salah satunya Antis.

Pandemi juga menjadikan perusahaan menahan ekspansi dan memprioritaskan investasi terhadap 11 brand yang mereka miliki saat ini. 

Kaum Hawa Cemaskan Kenaikan Harga Kosmetik Impor
Kaum Hawa Cemaskan Kenaikan Harga Kosmetik Impor (Antara Foto /Oky Lukmansyah)

"Dari 11 brand kita harus pilih mana yang mau diinvestasikan dan memiliki peluang lebih besar. Alokasi sumber daya harus tepat supaya tumbuh menjadi success faktor," katanya.

Berikutnya strategi inovasi sesuai dengan keinginan pasar. Lalu pergeseran pemasaran ke channel digital. Ketika mal dan pertokoan tutup, penjualan online berkontribusi signifikan terhadap pendapatan perseroan. Ke depan, saluran promosi dan pemasaran ini menurutnya akan terus dikembangkan, baik melalui marketplace, Instagram atau Tiktok.

Menurut data BPS, pada triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional, termasuk sektor kosmetik mencatat pertumbuhan sebesar 5,59% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, kelompok manufaktur ini mampu mengekspor sebesar US$ 317 juta pada semester I- 2020 atau naik 15,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (2015-2035) bahkan ikut memasukan industri farmasi, bahan farmasi, dan kosmetik sebagai salah satu sektor andalan yang mendapatkan prioritas pengembangan. Sektor tersebut juga berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi mengatakan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara penghasil produk jamu dan kosmetik berbahan alami lain seperti Tiongkok, Malaysia dan Thailand.

Terlebih, Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang banyak tumbuh di berbagai wilayah dengan jumlah sekitar 30.000 spesies dari 40.000 spesies tanaman obat di dunia. "Ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena kebutuhan yang cukup potensial di pasar lokal maupun global,” katanya.

Reporter/ Penyumbang Bahan: Ivan Jonathan (Magang) 

 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...