Kominfo Bidik Unicorn Baru Lewat Gerakan Nasional 1.000 Startup

Image title
19 Agustus 2019, 08:09
kominfo startup unicorn
Kominfo
Acara Ignite The Nation, sebagai bagian dari Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital yang digelar Minggu (18/8).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menargetkan lebih banyak unicorn lahir di Tanah Air. Salah satu caranya, melalui Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital.

Program tersebut digelar sejak 2016. “Tidak hanya memfasilitasi, kami ingin akselerasi adanya unicorn melalui ekosistem. Semua startup yang sudah unicorn ikut. Bagaimana kami membuat unicorn berikutnya?” kata Menteri Kominfo Rudiantara dalam acara ‘Ignite The Nation’ di Istora Senayan, Jakarta, kemarin (18/8). Acara ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital.

Rudiantara mencatat, 800 perusahaan rintisan masuk tahapan inkubasi. Sedangkan 200 lainnya sudah mendapat pendanaan tahap awal (seed funding). Ia optimistis program ini dapat menciptakan lebih banyak startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar atau unicorn lahir di Tanah Air.

Saat ini, Indonesia memiliki tiga unicorn yakni Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Sedangkan Gojek sudah berstatus decacorn atau memiliki valuasi lebih dari US$ 10 miliar.

(Baca: Rudiantara: Startup di Bidang Gaya Hidup Berpeluang Jadi Unicorn)

Acara tersebut pun diminati banyak startup. Dua di antaranya yang hadir adalah PT Cerdas Digital Nusantara dan PT Vestifarm Agro Indonesia.

Cerdas Digital Nusantara merupakan perusahaan rintisan di bidang pendidikan, khususnya belajar bahasa asing. Mereka merekrut guru dari banyak negara seperti Filipina, Tiongkok, Jepang dan dalam negeri.

Mereka menerapkan konsep belajar dua arah melalui panggilan video (video call). Untuk itu, mereka merilis aplikasi yang diberi nama Cakap. “Poinnya adalah menghubungkan murid dengan guru profesional di seluruh dunia. Pembelajarannya dua arah,” kata CEO Cerdas Tomy Yunus Tjen.

Untuk menggaet lebih banyak pengguna, Cerdas bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Atmajaya dan Universitas Indonesia (UI). Mahasiswa di kedua universitas itu bisa belajar bahasa asing melalui aplikasi Cakap.

Selain memudahkan mahasiswa dalam belajar, menurut dia, layanannya meningkatkan efisiensi di perguruan tinggi. Sebab, pada umumnya pengajar mengajar selama delapan jam. Namun, terkadang ketiadaan murid membuat mereka hanya bekerja selama dua hingga tiga jam.

Aplikasi cakap mempertemukan tenaga pendidik dan murid. Dengan begitu, tercipta efisiensi dan efektivitas dari segi waktu, bagi kedua belah pihak. “Misalnya, guru mengajar di kelas yang offline pada pagi hari. Siang, dia bisa mengajar kelas online," kata Tomy.  

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...