Setelah Kode QR, LinkAja dkk Tertarik Adopsi Pembayaran dengan Sensor
Kode Quick Respons (QR) masif digunakan di Indonesia, mulai dari transportasi hingga sedekah. Kini, perusahaan teknologi finansial (fintech) seperti Go-Pay dan LinkAja tertarik mengembangkan layanan pembayaran nirsentuh berbasis identifikasi frekuensi radio (RadioFrequency IdentificationlRFID) atau sensor.
Yang teranyar, LinkAja tengah mengembangkan teknologi RFID untuk pembayaran tol. Teknologi ini lebih dulu dikembangkan oleh anak usaha Jasa Marga, Jasamarga Tollroad Operator (JMTO). Jasa Marga ingin menerapkan sistem pembayaran tanpa henti atau Single Lane Free Flow (SLFF) di tol.
Karena itu, Jasa Marga menggandeng LinkAja untuk menerapkan sistem pembayaran tanpa henti tersebut. Direktur Utama PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) Danu Wicaksana menyampaikan, RFID ini baru digunakan untuk pembayaran tol. “Sementara untuk tol dulu, belum untuk berbelanja,” ujarnya kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (10/5).
(Baca: Perlancar Arus Kendaraan, Operator Tol Uji Coba Transaksi Tanpa Henti)
Sistem pembayaran ini disebut tanpa henti, karena pengemudi tidak perlu berhenti untuk membayar tol. Sebab, RFID ini terhubung dengan akun rekening pengguna. Untuk bisa terhubung, penyelenggara jasa jalan tol menggunakan teknologi Dedicated Short Range Communication (DSRC).
DSRC memungkinkan penyimpanan data dan identitas kendaraan pada alat yang dipasang di kendaraan (On Board Unit/OBU). Sistem kerja DSRC berbasis pada pertukaran informasi antara OBU dan mesin pembaca data yang terpasang di gerbang tol. Pertukaran data menggunakan gelombang 5,8 Ghz dengan jarak dekat.
Teknologi ini juga digunakan oleh JD.ID untuk sistem pembayaran di toko tanpa kasir bernama JD.ID X-Mart di PIK Avenue, Jakarta. JD.ID mengadopsi teknologi kode QR dan RFID untuk mengembangkan toko ini.
Ketika akan masuk ke dalam toko, konsumen harus memindai kode QR di aplikasi JD.ID ke alat yang ada di gerbang masuk toko. Di depan gerbang tersebut ada kamera yang akan mengidentifikasi wajah konsumen. Setelah itu, gerbang akan terbuka dan konsumen bisa masuk ke toko.
(Baca: Adopsi Teknologi, Peretail Offline Bersaing dengan E-Commerce)
Produk yang ada di dalam toko dilengkapi dengan RFID, sehingga manajemen JD.ID akan mengetahui barang mana saja yang diambil oleh konsumen. Sebelum keluar, wajah konsumen akan diidentifikasi untuk memproses pembayaran secara otomatis. Setelahnya, pintu keluar akan terbuka.
OVO dan Go-Pay juga mengkaji kemungkinan mengadopsi sistem pembayaran dengan RFID ini. "Pada prinsipnya, kami terus mengkaji potensi untuk mengembangkan instrumen lain untuk memudahkan pengguna OVO dalam melakukan berbagai transaksi non-tunai dalam kesehariannya,” ujar Direktur OVO Harianto Gunawan.
(Baca: Peluang Emas Menjaring Dana Turis Asing dari Kode Pemindai)
Managing Director Go-Pay Budi Gandasoebrata juga menyampaikan hal serupa. Ia menyampaikan, perusahaannya mendorong terciptanya transaksi non tunai. Salah satu caranya dengan mengadopsi berbagai teknologi.
Kendati begitu, menurutnya kode QR saat ini masih menjadi solusi terbaik bagi sistem pembayaran di Indonesia. “Karena kode QR mudah dipakai, pengguna sudah familiar, alat yang dibutuhkan sederhana, dan biayanya terjangkau sehingga dapat secara cepat dipakai oleh banyak rekan usaha (scalable), terutama sampai lapisan mikro sekalipun."
Ia juga menegaskan, bahwa perusahaannya tidak menutup kemungkinan untuk mengadopsi solusi lain seperti RFID. Sejauh ini, selain JD.ID belum ada toko fisik yang mengimplementasikan RFID. Di Amerika Serikat (AS), Amazon membangun toko tanpa kasir dengan RFID bernama Amazon Go.
(Baca: Amazon Masuk Indonesia, CEO Tokopedia: UMKM Harus Go-Online)