Adu Strategi GoPay, OVO, hingga DANA Membidik Konsumen Daerah
Survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan, layanan keuangan perbankan melalui pesan pendek SMS, internet, dan mobile banking, serta Anjungan Tunai Mandiri (ATM) masih mendominasi penggunaan di daerah. Lantaran itu, GoPay besutan Gojek, OVO, ShopeePay, hingga DANA saling beradu strategi khusus untuk menyasar konsumen di luar kota.
Dalam survei bertajuk ‘Literasi Pembayaran Digital’, 90 % lebih dari total 1.155 responden mengatakan bahwa layanan perbankan tersedia di wilayahnya. Lalu, 24,1 hingga 30 % menyatakan belum ada jasa dompet digital atau e-wallet.
Sebanyak 42,9 % tinggal di daerah urban, sementara sisanya di rural atau perdesaan. Separuh lebih dari responden berusia 23 - 38 tahun. Kemudian, 25,8 % berumur 39 - 54 tahun, dan 20,7 % berusia 15-22 tahun. Sedangkan sisanya baby boomer atau rentang 55 - 65 tahun.
Selain itu, 90,4 % lebih sering menggunakan uang tunai saat bertransaksi. “Infrastruktur dan layanannya sudah banyak tersedia, bahkan sampai ke pelosok, tetapi mayoritas cenderung lebih sering menggunakan tunai," kata Direktur Riset KIC Mulya Amri dalam pernyataan resminya, Selasa (27/10).
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa layanan DANA baru tersebar di 70 % daerah, atau belum tersedia di 30 % wilayah Indonesia. Karena itu, CEO DANA Vincent Iswara menyatakan perusahannya memperbesar kerja sama dengan pemerintah daerah dan provinsi. Lalu, secara rutin, menggelar webinar terkait manfaat dompet digital sekitar tiga kali dalam sebulan di daerah potensial.
Selain itu, dijalankan pemasaran digital. "Dengan cara-cara ini, kami mendorong pengguna untuk go-digital,” kata Vincent dalam webinar bertajuk 'Strategi Platform Digital Membangkitkan Bangga Buatan Indonesia', Selasa (27/10).
Pada Juli 2019 lalu, Vincent juga menyampaikan bahwa DANA tidak menutup kesempatan menyasar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) di rural. Ini karena potensi pasar di Indonesia dinilai besar.
Perusahaannya sudah bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di beberapa daerah di Pulau Jawa. Persoalannya hanya pada infrastruktur seperti internet dan edukasi masyarakat.
Per Juni lalu, jumlah pengguna DANA mencapai lebih dari 40 juta. Untuk menggaet lebih banyak pengguna, Vincent sempat mengatakan akan berfokus menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pekan lalu, DANA pun menggandeng Parkee untuk menyediakan pembayaran parkir.
Kemudian, 24,7 % responden menyatakan bahwa layanan OVO belum tersedia di daerahnya. Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan, layanannya hadir di 373 kota dan kabupaten, serta menggaet 700 ribu mitra penjual (merchant) baik korporasi maupun UMKM.
“Kami tetap melihat masih banyak peluang dan daerah yang belum mengadopsi pembayaran digital secara penuh. Ini mendorong OVO untuk terus menerus melakukan berbagai cara memberdayakan UMKM dan membuatnya mampu beradaptasi terhadap setiap situasi, terlebih pandemi corona,” kata Karaniya kepada Katadata.co.id, Selasa (27/10).
Unicorn nasional itu pun membentuk gugus tugas guna memastikan OVO memiliki strategi yang tepat dalam kondisi ekonomi baru. Selain itu, merelokasi sumber daya dan terus-menerus meninjau kembali strategi bisnis untuk menjangkau pasar.
Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran itu pun menggandeng Kementerian Perdagangan mendigitalisasikan Pasar Bersehati, Manado. Program ini rencanannya akan diperluas. “Tentunya tujuan ini memerlukan waktu dan usaha yang besar,” kata dia.
Karaniya juga menjelaskan bahwa penggunaan (usecase) untuk pembayaran e-commerce melonjak 110 % lebih saat ini. Kemudian jasa pengiriman makanan naik 15 % dan pencarian dana pinjaman meningkat hampir 50 %.
Jumlah pengguna baru yang substansial pun meningkat 276 %. Ini seiring dengan kebiasaan baru masyarakat dalam berbelanja secara online dan mengadopsi metode pembayaran non-tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama pandemi Covid-19.
Kemudian, 24,1 % responden dalam riset KIC menyampaikan bahwa layanan GoPay belum tersedia di daerahnya. Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata mengatakan, layanannya digunakan di 390 kota di Indonesia. Bahkan hadir di kota-kota di mana Gojek belum beroperasi.
Ia mengatakan, sejak awal perusahaan berfokus membuka akses layanan keuangan untuk seluruh lapisan masyarakat. GoPay pun terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pihak agar layanannya dapat digunakan oleh seluruh warga Indonesia.
GoPay menggandeng anak usaha Gojek lainnya, yakni Mapan yang menawarkan layanan menabung dengan konsep arisan. “Anggotanya mayoritas tinggal di perdesaan dan sekitarnya,” kata Budi kepada Katadata.co.id, Selasa (27/10).
Selain itu, layanan fintech tersebut dapat digunakan di ribuan e-commerce seperti Blibli dan JD.ID. “Dengan kelengkapan fitur GoPay, pengguna dapat melakukan berbagai transaksi dengan aman dan nyaman,” ujar dia.
Perusahaan juga memperkuat keamanan sistem melalui tiga pilar yakni teknologi, proteksi, dan edukasi. “Kami ingin meyakinkan masyarakat bahwa Gojek memiliki ekosistem yang aman didukung oleh kecanggihan teknologi,” katanya.
Sedangkan Marketing Manager ShopeePay Cindy Candiawan menyampaikan, layanannya hadir di lebih dari 500 kota/kabupaten Indonesia. Ia menyadari bahwa potensi jasa pembayaran digital di Indonesia sangat besar.
"Kami ingin menjadi penyedia pembayaran digital yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk segala jenis kebutuhan," kata Cindy kepada Katadata.co.id, Rabu (28/10). "Kami mengupayakan kolaborasi strategis untuk memudahkan pembayaran digital pada usaha lokal milik masyarakat daerah."
Sebelumnya, ia menyampaikan bahwa perusahaan punya tiga strategi untuk meraih lebih banyak pengguna. Pertama, menggaet lebih banyak mitra penjual. Kedua, membangun ekosistem yang berkelanjutan.
Terakhir, gencar promosi atau dikenal dengan 'bakar uang'. “Ke depan, kami terus menghadirkan program-program menarik,” kata dia kepada Katadata.co.id, pada September lalu (7/9).
Berdasarkan riset KIC, 29,2% responden menyampaikan bahwa layanan ShopeePay belum tersedia di daerahnya. Kemudian, 26,7% menyatakan hal serupa terkait LinkAja.
Pada pertengahan tahun lalu, direksi LinkAja menyampaikan bahwa layanannya tersedia untuk pengguna ponsel lawas (feature phone) melalui Unstructured Supplementary Service Data (USSD) *800#. Namun ini baru tersedia bagi pelanggan Telkomsel.
Selain itu, LinkAja memanfaatkan laku pandai milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) untuk menyasar pengguna di daerah. Fintech berpelat merah itu juga meluncurkan layanan syariah pada April lalu.
Berdasarkan riset iPrice dan App Annie, GoPay dan OVO menempati peringkat teratas pada kuartal II. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:
Namun, berdasarkan survei Snapcart dan MarkPlus, ShopeePay unggul dari sisi nilai maupun frekuensi transaksi selama Juni hingga Agustus. Ini tecermin pada Databoks berikut:
Meski begitu, riset KIC bertajuk ‘Literasi Pembayaran Digital’ menunjukkan bahwa 50,3% responden menggunakan ATM dalam tiga bulan terakhir. Kemudian 14,1% rekening bank, 3,1% mobile dan 1,3% internet banking.
Layanan perbankan masih mendominasi penggunaan dibandingkan dompet digital. Secara rinci, 1,5% menggunakan GoPay untuk periode yang sama, 0,9% OVO, 0,8% ShopeePay, 0,4% DANA, dan 0,2% LinkAja.
Berdasarkan kajian Google, Temasek dan Bain pada tahun lalu menunjukkan, nilai dari layanan keuangan digital di Asia Tenggara diproyeksi US$ 38 miliar sampai US$ 60 miliar (Rp 554,2 triliun-Rp 875 triliun) per tahun pada 2025. Ini mencakup bank, penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP), asuransi, manajemen aset hingga fintech.
Sedangkan khusus untuk Indonesia bisa terlihat pada Databoks berikut:
Sedangkan data Statista, 70,1% dari total penduduk Tanah Air diperkirakan menggunakan ponsel pintar (smartphone) pada tahun ini. Angka ini menunjukkan besarannya peluang pasar dompet digital di daerah.
Apalagi, berdasarkan riset KIC, generasi Z paling banyak menggunakan dompet digital. Sedangkan generasi milenial memakai beragam layanan non-tunai.