Susul Instagram dan TikTok, Twitter Uji Coba Fitur Belanja Online
Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), Twitter menguji coba fitur cuitan yang terintegrasi dengan platform belanja online. Strategi ini lebih dulu diterapkan oleh Google, TikTok, serta Facebook berikut anak usahanya Instagram dan WhatsApp.
Konsultan media sosial Matt Navarra yang pertama kali membocorkan uji coba tersebut. “Twitter sedang bereksperimen dengan fitur belanja,” kata dia melalui akun Twitter @MattNavarra, dikutip dari TechCrunch, Kamis (4/3).
Ia juga membagikan cuplikan yang menampilkan uji coba fitur belanja di Twitter. Berdasarkan sempalan video itu, unggahan dari pengguna dapat tertaut ke halaman produk di e-commerce.
Twitter juga mengembangkan tampilan baru Twitter Shopping Card di platform. Pengguna bisa menemukan tombol 'belanja' di tampilan itu. Ini dapat diklik untuk mengetahui detail produk seperti nama, toko, dan harga.
Perusahaan mengonfirmasi bahwa uji coba fitur belanja merupakan bagian dari upaya mengembangkan skema monetisasi baru. Raksasa teknologi ini pun menyampaikan tengah membangun serangkaian fitur ‘super follow’.
Itu memungkinkan pengguna mengikuti akun tertentu dan mendapatkan fasilitas khusus pelanggan seperti buletin, konten eksklusif, penawaran, serta diskon. Pembuat konten pun bisa mengarahkan pengikut ke produk tertentu.
Sebelumnya, Twitter sempat menyinggung rencana investasi pada layanan e-commerce. "Kami mulai mencari cara untuk mendukung perdagangan di Twitter agar lebih baik," kata Revenue Lead Twitter Bruce Falck.
Bruce mengatakan, perusahaan ingin masuk segmen e-commerce karena potensinya besar. "Kami tahu orang-orang datang ke Twitter untuk berinteraksi dengan merek dan mendiskusikan produk favorit," katanya.
Selain itu, belanja online menjadi tren saat pandemi Covid-19. Ini juga yang mendorong Facebook, Google, dan TikTok berinvestasi pada layanan serupa.
Pada tahun lalu, Facebok memperluas akses belanja online dari sekadar di feed dan laman profil Instagram, menjadi galeri, IGTV, dan Reels. Perusahaan juga menyediakan layanan katalog produk melalui WhatsApp.
Facebook mengembangkan layanan belanja online atau Facebook Shop sejak 2016. “Model bisnis kami di sini yakni iklan,” kata CEO Facebook Mark Zuckerberg dikutip dari The Guardian, Mei tahun lalu (19/5/2020).
Oleh karena itu, perusahaan belum memungut komisi. “Mereka pada umumnya akan menawar lebih tinggi untuk iklan dan pada akhirnya kami akan menghasilkan uang dengan cara itu.”
Sedangkan platform video pendek TikTok merambah layanan serupa sejak 2019. Influencer dapat mengarahkan pengikut ke akun sponsor. Sedangkan calon konsumen dapat mengeklik tautan yang ada pada profil, lalu akan diarahkan ke toko online.
Induk usaha TikTok, ByteDance juga berkolaborasi dengan perusahaan e-commerce asal Kanada, Shopify pada Oktober 2020. Jutaan penjual di Shopify bisa mempromosikan barang dagangan mereka di platform TikTok.
"Kami sangat senang menjadi mitra pertama yang menyambut TikTok ke dunia e-commerce," kata Wakil Presiden Shopify, Satish Kanwar dalam pernyataan resmi dikutip dari Reuters, Oktober tahun lalu (27/10/2020).
Selain itu, TikTok menggandeng perusahaan jaringan perdagangan ritel Walmart untuk meningkatkan strategi periklanan. Walmart memanfaatkan fitur belanja online di TikTok untuk menyasar konsumen muda.