Rudiantara Ungkap Porsi Investor Lokal di Startup RI Hanya 10%
Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara menyebut, kontribusi investor dalam negeri terhadap pendanaan startup Indonesia hanya 10%. Ia menilai, pemerintah perlu mengintegrasikan perusahaan modal ventura dalam negeri, terutama yang di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2021, nilai investasi ke startup di Indonesia US$ 4,7 miliar atau Rp 67 triliun pada semester pertama. Nilainya melampaui capaian setahun penuh dalam empat tahun terakhir.
"Namun, hanya 10% dari total investor startup itu yang merupakan dari Indonesia," kata Rudiantara dalamacara Beritasatu Economic Outlook, Kamis (25/11).
Ia mengatakan, banyak investor asing yang masuk ke pasar startup Indonesia karena potensinya besar. Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain, nilai ekonomi digital Indonesia tahun ini diprediksi US$ 70 miliar (Rp 997 triliun) tahun ini dan melonjak menjadi US$ 146 miliar (Rp 2.080 triliun) pada 2025.
Ia berharap, potensi yang besar itu jangan dikuasai oleh investor asing. Menurut dia, perusahaan modal ventura, terutama dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perlu melakukan integrasi masif.
BUMN memiliki empat modal ventura yakni MDI Ventures di bawah Telkom, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), BRI Ventures, dan Mandiri Capital Indonesia. BNI juga berencana mendirikan perusahaan sejenis.
Rudiantara menilai, pemerintah perlu mengintegrasikan modal ventura BUMN tersebut. “Kalau tidak, ini (investor) asing semua yang akan masuk," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa pemerintah tengah berencana gencar memberikan dukungan pendanaan bagi startup lewat perusahaan modal ventura di bawah BUMN.
"Kami siapkan pendanaannya di Telkom, Mandiri, dan BRI ventures. Kebanyakan unicorn dan startup Indonesia saat ini dimiliki oleh asing," ujar Erick Thohir dalam diskusi virtual yang diselenggarkan Universitas Sriwijaya, seperti dikutip dari Antara pada Oktober (23/10).
Erick mengatakan, selama ini pemerintah belum hadir untuk para startup dan unicorn. Oleh Karena itu, banyak di antara mereka yang dikuasai asing.
“Kami akan mendorong pembiayaan yang dikhususkan untuk startup dan akan diluncurkan oleh bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada minggu kedua Desember,” kata dia.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyampaikan, investasi perusahaan pelat merah di startup harus berdasarkan perhitungan bisnis yang matang. "Dipilih dengan baik," katanya dalam sesi bincang dengan media secara virtual, bulan lalu (5/10).
Akan tetapi, BUMN tidak seharusnya menunggu startup untung, baru disuntik modal. Menurutnya, perusahaan milik negara perlu melihat langkah investor asing.
"Apakah investor asing tidak khawatir uangnya hilang? Kan sudah dihitung secara bisnis. Memang kami tidak mampu menghitung secara bisnis? Kan kami mampu," kata Arya.
Ia optimistis, peluang lewat berinvestasi di startup akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar di kemudian hari. Oleh karena itu, BUMN tidak bisa menunggu perusahaan rintisan untung terlebih dulu.
Arya justru khawatir, jika BUMN berinvestasi saat startup untung, harganya sudah tidak masuk dalam hitungan bisnis. “Kita masuk, sudah tidak ada artinya lagi,” ujar dia.
Untuk itu, Kementerian BUMN gencar mendorong perusahaan berpelat merah berinvestasi di startup. Utamanya, setelah sejumlah startup telah dikuasai oleh investor asing.