Rupiah Dibuka Melemah Mendekati Rp 15.000 per USD Jelang Rapat BI
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 12 poin ke level Rp 14.993 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini (19/7). Rupiah diramal melanjutkan pelemahan jelang pertemuan Bank Indonesia (BI) pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.994 pada Pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.981 per dolar AS.
Di Asia, won Korea Selatan menjadi satu-satunya yang menguat terhadap dolar AS.
Sedangkan Yen Jepang, ringgit Malaysia dan dolar Taiwan kompak melemah 0,07%. Lalu, dolar Singapura melemah 0,09%, rupee India 0,13%, serta yuan Cina dan baht Thailand 0,1%.
Peso Filipina dan dolar Hong Kong stagnan.
Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.977 – Rp 15.015 per dolar AS. Pasar masih menunggu dan melihat alias wait and see terhadap pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, yang hasilnya dibacakan pada Kamis (21/7).
"Sebelumnya, BI menyatakan akan mengamati perkembangan data-data ekonomi terutama inflasi sebelum mengambil keputusan menaikkan suku bunga acuan," kata Reny dalam riset, Selasa (19/7).
BI menahan suku bunga di level 3,5% selama lebih dari setahun terakhir. BI belum juga mengerek suku bunga, sekalipun banyak bank sentral dunia mulai agresif untuk meredam inflasi.
Bank Indonesia berulang kali menegaskan akan menaikkan suku bunga, jika tekanan pada inflasi inti dan ekspektasi inflasi mulai menanjak.
Analis pasar uang Ariston Tjendra mempediki rupiah akan terus melemah, jika BI belum juga menaikkan bunga acuan pekan ini. Apalagi, bank sentral AS, The Fed kini makin agresif menaikkan bunga.
The Fed kemungkinan kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada pertemuan minggu depan.
"Bila BI di pekan ini masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan, aset dolar AS makin menarik di mata investor dibandingkan rupiah. Rupiah bisa semakin tertekan," kata dia.
Dengan demikian, pasar kini juga masih wait and see menanti pertemuan pembuat kebijakan The Fed pekan depan.
Di samping itu, isu inflasi dan resesi global yang masih bertahan juga memberi tekanan tambahan ke rupiah. Harga minyak mentah kembali meningkat pada awal pekan ini sekitar 5%.
Ariston mengatakan, selama perang masih berlangsung, serta melibatkan sanksi AS dan Eropa kepada Rusia, maka inflasi masih akan menjadi kekhawatiran pasar.
Meski begitu, ia optimistis ada sentimen positif bagi rupiah pagi ini. Sentimen positif terhadap aset berisiko yang meningkat sejak akhir pekan, mungkin bisa menahan pelemahan rupiah hari ini.
Sejumlah indeks saham Asia juga terpantau menguat pagi ini.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan, pergerakan rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh penguatan dolar AS di tengah penantian rapat The Fed. Rupiah diramal bergerak di rentang Rp 14.950 – Rp 15.050 per dolar AS.
"Dari domestik masih seputar kekhawatiran terhadap kasus covid-19 yang masih meningkat," kata dia dalam risetnya.