Platform Digital Dongkrak Omzet UMKM
Mega Yunita semringah. Bisnis makanan kecilnya bermerek Makaroni Bange makin berkibar. Usaha yang ia mulai dua tahun lalu itu dalam beberapa bulan terakhir kebanjiran pesanan. Pasalnya, Go-Jek dengan layanannya Go-Food sudah masuk ke Bandar Lampung pada awal 2018.
Setelah mendaftar menjadi merchant Go-Food, penjualan camilan macaroni Mega naik dua kali lipat. Dia menjual 200 bungkus per hari di kedainya, sekarang total pesanannya bisa mencapai 500 bungkus atau menghabiskan 1.000 kilogram makaroni per pekan, dan sekitar separuhnya merupakan pesanan melalui aplikasi.
“Sekarang banyak yang pesan melalui Go-Food dan pasarnya jadi semakin luas karena bisa dipesan dari mana saja,”katanya, beberapa waktu lalu.
Keberadaan Go-Food memicu lahirnya pengusaha-pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) kuliner. Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Nadiem Makariem mengungkapkan, sekitar 80% penjual kuliner di Go-Food adalah UMKM. Ia pun mengklaim Go-Food merupakan layanan pengantaran makanan terbesar di dunia, setelah Tiongkok.
(Baca juga: Umur 21 Tahun, Natanael Sukses Kembangkan 36 Cabang Bananugget)
Menurut Nadiem, Go-Food memudahkan sistem penjualan karena tidak perlu akses pasar, pendistribusian, dan pengiklanan. “Hanya butuh bakat dan menjaga kualitas makanan,” katanya.
Fasilitas yang ditawarkan Go-Food juga membuat Lydia banting setir. Usai kematian sang ayah berapa waktu lalu, ia memutuskan melepas status karyawan untuk menjadi pengusaha makanan I Ayam Geprek.
"Dulu saya kerja kantoran, kemudian melihat peluang bisnis di bidang kuliner semakin prospektif, apalagi dengan adanya layanan Go-Food ikut memudahkan penjualan," ucapnya.
Meski belum setahun, usaha I Ayam Geprek milik Lydia sudah berekspansi. Hingga saat ini Lidya sudah memiliki empat cabang yang tersebar di Bintaro, Pluit, Serpong, dan Kelapa Gading, serta satu cabang yang hadir di Go-Food Festival di Gelora Bung Karno.
(Baca juga: Berkah Go-Food bagi Pisang Goreng Bu Nanik)
“Rata-rata penjualan di masing-masing gerai bisa sampai 100 porsi per hari, dan jumlah pemesanan via Go-Food cenderung terus meningkat hingga 10%,”ujar perempuan yang telah mempekerjakan 10 karyawan itu.
Walapun banyak pesaing yang menawarkan produk sama, Lidya tetap yakin ayam gepreknya tetap memiliki ciri yang berbeda dan bisa menjadi pilihan. Sebagai contoh, penggunaan ayam fillet tanpa tulang, serta berbagai macam varian topping dan sambal menjadi andalannya.
Semenjak diluncurkan, aplikasi Go-Food telah memiliki 150 ribu merchant yang tersebar di seluruh Indonesia, dan diklaim telah menumbuhkan market bisnis kuliner hingga empat sampai 10 kali lipat.
Di bidang marketplace, Tokopedia dan Shopee menjadi beberapa platform jual beli yang menjadi pilihan para pelaku UMKM. Banyaknya promo yang mendorong penjualan menjadi daya tarik agar pedagang membuka toko digitalnya.
(Baca juga: Lewat Internet, Eatlah Populerkan Aneka Menu Bersaus Telur Asin)
AVP Tokopedia-Seller Experience, Garri Juanda, mengatakan dari total merchant yang terdaftar, sekitar 70% di antaranya merupakan pengusaha baru dengan latar belakang seperti ibu rumah tangga, karyawan serta mahasiswa.
Menurut Garri, salah satu tantangan yang membuat pelaku UMKM sulit untuk memulai dan mengembangkan bisnisnya adalah ketersediaan ruang dan panggung. Selain itu, keterampilan dalam memanfaatkan teknologi juga ikut berpengaruh dalam konteks pemasaran di era digital.
“Kesadaran dan pemahaman UMKM di Indonesia dalam adopsi teknologi dalam pengembangan bisnis masih perlu dimaksimalkan. Kami terus melakukan edukasi dan pendampingan agar lebih banyak UMKM yang terdorong dan menemukan kesempatan baru lewat ranah online,”katanya.
Rezki Yanuar, Country Brand Manager Shopee mengatakan, penjualan digital memiliki dampak besar ke penjualan offline. Dengan toko digital, pengusaha UMKM pemula tidak perlu modal untuk sewa tempat.
“Selain promo gratis ongkos kirim yang membantu usaha UMKM, kami juga membantu mereka belajar menggunakan aplikasi e-commerce untuk kebutuhan dagang,”ujarnya.