Transaksi Digital Bank Melonjak, Akan Bersaing Ketat dengan Fintech?

Desy Setyowati
11 Februari 2021, 16:10
Transaksi Digital Bank Melonjak, Akan Bersaing Ketat dengan Fintech?
Jakub Jirsak/123rf
Ilustrasi

“Fokus kami saat ini bagaimana menjadi omnichannel,” kata Direktur Bisnis Consumer BNI Corina Kayla Karnalies dikutip dari Antara, bulan lalu (14/1). “Kami juga ekspansi melalui strategi kemitraan pihak ketiga, fitur channel lain, dan adopsi layanan API.”

Bank Mandiri pun mencatatkan kenaikan transaksi layanan digital Mandiri Online. Jumlah pengguna, nilai dan volume transaksi masing-masing naik 40%, 43%, dan 57%. Rinciannya dapat dilihat pada Bagan berikut:

Transaksi layanan digital Bank Mandiri pada 2020
Transaksi layanan digital Bank Mandiri pada 2020 (Bank Mandiri)

Salah satu dari tiga fokus bisnis Bank Mandiri pada 2020-2024 yakni menjadi bank digital modern teratas di Indonesia. “Caranya, meluncurkan aplikasi super untuk mengalihkan pelanggan ke platform online dan meningkatkan kapabilitas Core Banking,” demikian dikutip dari laporan keuangan Bank Mandiri akhir tahun lalu.

Bank Indonesia (BI) mencatat, 15 bank di Indonesia gencar beralih ke digital saat pandemi Covid-19. “Pandemi mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan. Ini luar biasa,” Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip dari Antara, bulan lalu (22/1).

BI memperkirakan, transaksi layanan digital bank naik dari Rp 27.036 triliun tahun lalu menjadi Rp 32.206 triliun pada 2021. “Ini jauh lebih tinggi dari nominal produk domestik bruto (PDB) Indonesia kita,” kata Perry.

Transaksi layanan digital bank itu terdorong penggunaan uang elektronik. BI memperkirakan, transaksi uang elektronik naik 32,3% dari Rp 201 triliun tahun lalu menjadi Rp 266 triliun pada 2021.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda pun memperkirakan, bank-bank terus mengembangkan platform mobile banking. “Bukan hanya layanan fintech, tetapi juga pemesanan hotel, tiket pesawat, dan lainnya,” kata dia kepada Katadata.co.id, bulan lalu (12/1). “Ada sektor yang terdisrupsi. Sudah pasti.”

Ia menilai, ekspansi tersebut merupakan babak baru di industri perbankan. “Perbankan besar seperti Bank Mandiri dan BCA mau tidak mau harus bisa bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar bank digital, terlebih secara teknologi dan modal, keduanya memadai. Semakin praktis dan lengkap layanan maka akan semakin makin banyak penggunanya,” kata dia.

Meski begitu, menurutnya kerja sama antara perbankan dan fintech lebih menguntungkan kedua pihak. Ini karena bank memiliki modal yang mumpuni. Sedangkan fintech unggul dari sisi praktis. “Bagi perbankan dan fintech yang cerdik, strategi kerja sama patut dipertimbangkan,” kata dia.

Pertumbuhan bisnis fintech Asia Tenggara per kategori
Pertumbuhan bisnis fintech Asia Tenggara per kategori (e-Conomy 2020)

Berdasarkan laporan Standard & Poor's atau S&P bertajuk ‘Southeast Asia E-Money Market Report’, masyarakat Indonesia lebih memilih pembayaran dari fintech ketimbang bank. Penggunaan layanan fintech terdongkrak transaksi e-commerce hingga gim.

BI memperkirakan, transaksi e-commerce  naik 33,2% dari Rp 266,3 triliun pada 2020 menjadi Rp 337 triliun tahun ini. Rinciannya sebagai berikut:

S&P mencatat, penggunaan layanan pembayaran fintech di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Pada 2019, transaksi uang elektronik di Nusantara mencapai US$ 10 miliar.

Sedangkan dompet digital (e-wallet) dari fintech menyumbang sekitar 72% dari transaksi uang elektronik di Tanah Air. "Fintech telah melampaui bank sebagai penyedia pembayaran utama di Indonesia," demikian dikutip dari laporan S&P Global yang dirilis akhir bulan lalu (27/1).

Di Singapura, Malaysia, dan Thailand, layanan pembayaran dari bank masih mendominasi.

S&P mengatakan, penyelenggara fintech di Indonesia membangun infrastruktur fisik dan digital, sehingga masyarakat mudah bertransaksi di platform. Layanan yang paling sering digunakan yakni transfer uang, membayar tagihan, dan bertransaksi di toko.

Selain itu, ekosistem digital di Asia Tenggara terbangun, yakni ada e-commerce, berbagi penumpang (ride-hailing) hingga gim. Alhasil, penggunaan layanan fintech menjadi lebih banyak ketimbang bank.

S&P mencatat bahwa fintech di Indonesia terdongkrak banyaknya pengguna ponsel pintar (smartphone). Jumlahnya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Namun, bank tidak tinggal diam. "Bank memperluas layanan tagihan dan lainnya yang tersedia melalui aplikasi digital perbankan," demikian dikutip dari laporan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Ihya Ulum Aldin, Antara

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...