Kinerja Bisnis OVO yang Dikabarkan Akan Dilepas oleh Tokopedia
Entitas gabungan Tokopedia dan Gojek, GoTo dikabarkan mengkaji divestasi saham di OVO. Startup teknologi finansial atau fintech bernuansa ungu ini mencatatkan peningkatan transaksi mitra penjual (merchant) online 76% selama semester pertama.
DealStreetAsia melaporkan, GoTo dikabarkan akan memperpanjang masa penutupan putaran pendanaan (closing fund raising) sebelum mencatatkan penawaran saham perdana ke publik atau pre-IPO. Salah satu alasannya, karena ingin menyelesaikan divestasi saham OVO dari Tokopedia kepada Grab dan Emtek Group.
Sumber DealStreetAsia mengatakan, proses divestasi antara pemegang saham OVO dan Emtek Group telah mencapai kesepakatan. Rencananya akan diumumkan dalam waktu dekat.
Katadata.co.id sudah mengonfirmasi kabar tersebut kepada Gojek. Namun belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.
Sedangkan OVO enggan berkomentar. "Kami tidak dapat menanggapi rumor dan spekulasi di pasar," kata Head of Corporate Communications OVO Harumi Supit kepada Katadata.co.id, Rabu (15/9).
Di luar rumor tersebut, kinerja bisnis OVO moncer di tengah pandemi corona. Fintech ini mencatatkan kenaikan transaksi merchant online 76% selama semester pertama.
Layanan OVO tersedia di lebih dari 430 kota dan kabupaten. Fintech ini juga menggaet lebih dari satu juta merchant yang terhubung dengan standar kode quick response atau QRIS.
“Selain itu, OVO banyak menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan besar yang semuanya saling terhubungi melalui platform,” ujar Harumi.
Berdasarkan riset Kadence baru-baru ini, OVO meraih 96% tingkat kesadaran merek di Indonesia. Studi CORE Indonesia juga menunjukkan, 84% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyatakan terbantu dan transaksi cenderung meningkat setelah bergabung dengan OVO.
Perusahaan venture builder asal Singapura, Momentum Works mencatat bahwa Tokopedia mulai mengambil tindakan untuk tidak memprioritaskan OVO. Salah satunya, mengganti poin loyalitas OVO dengan milik sendiri yakni Tokocash.
DealStreetAsia sebelumnya melaporkan bahwa Tokopedia mempunyai 36,1% saham di induk OVO, Bumi Cakrawala Perkasa (BCP). Grab yang berbasis di Singapura merupakan pemegang saham terbesar yang memegang 39,2%.
Grup Lippo memegang 7,2% saham di BCP melalui dua anak usaha yakni Inti Anugrah Pratama dan Pima Ecommerce Global.
Pemegang saham lainnya yaitu Tokyo Century Corporation yang memiliki 7,5% di BCP. Lalu Wahana Inovasi Lestari yang dimiliki oleh pemilik Tokopedia Leontinus Alpha Edison dan William Taruwijaya, mempunyai 5% di BCP.
Namun Bank Indonesia (BI) tidak mengizinkan perusahaan menjadi pemegang saham pengendali di lebih dari satu fintech pembayaran. Sedangkan Gojek mempunyai GoPay.
Kebijakan itu dinilai menjadi alasan bagi Tokopedia untuk mengkaji divestasi saham OVO.
Momentum Works menilai, merger Gojek dan Tokopedia menjadi berkah tersembunyi bagi OVO. Fintech ini dinilai akan mengubah langkah prioritas yang dianggap kurang bersaing, lalu mengonsolidasikan promosi.
“Itu akan membantu OVO, dengan catatan. Tapi ini bukan poin utama,” kata tim Momentum Works pada Juni (29/6). Kuncinya yakni OVO secara strategis akan bisa lebih fokus dalam mengembangkan ekosistem sendiri, terlepas dari apakah Grab mengambil alih saham di GoTo atau tidak.
Momentum Works menilai, ekosistem OVO relatif komprehensif. “Dibandingkan dengan dompet yang disematkan, OVO sebagai aplikasi independen, memiliki lebih banyak kemiripan dengan Alipay,” kata tim.
Hal itu memberi OVO kapasitas untuk menjadi aplikasi super (superapp) di sektor keuangan dengan sendirinya.