Siasat Bisnis Apple dan Huawei Hadapi Konflik Panjang AS-Tiongkok

Desy Setyowati
1 Oktober 2020, 14:15
Apple, Huawei, Amerika, Tiongkok, smartphone, Google, investasi, iPhone, TikTok, WeChat, boikot produk Tiongkok, Covid-19,
123rf/ moovstock
Ilustrasi. Bisnis Huawei yang menggurita di dunia.

Sedangkan berdasarkan data Statista, penjualan iPhone tumbuh 20 kali lipat dalam lima tahun sejak Apple hadir di Tiongkok pada 2010. Pasar Negeri Panda menyumbang 25% dari total pendapatan Apple pada 2015, tetapi porsinya menurun menjadi 17% pada tahun lalu.

Apple pun gencar memberikan diskon iPhone di Tiongkok pada awal tahun ini. Alhasil, pengiriman ponselnya stabil ketika rerata industri anjlok akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan Gartner, penjualan Apple menurun 0,4% yoy menjadi 38,39 juta pada kuartal II. Jauh lebih kecil dibandingkan rata-rata industri yang anjlok 20,4%.

Strategi Huawei untuk Bertahan

Apple masih dalam ketidakpastian kebijakan Beijing terkait daftar ‘entitas yang tidak dapat diandalkan’. Sedangkan Huawei sudah diblokir oleh pemerintah AS sejak tahun lalu.

Huawei pun tidak lagi bisa bekerja sama dengan Google per Agustus lalu, karena masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan AS. Alhasil, ponsel dan tablet Huawei yang diluncurkan setelah pertengahan Mei 2019 tidak akan didukung Google Mobile Services (GMS) seperti Gmail dan YouTube.

Kendati begitu, Huawei sudah menyiapkan sejumlah perangkat lunak (software) untuk mendukung bisnis ponselnya sejak beberapa tahun lalu. Hal ini memungkinkan gawai perusahaan hadir tanpa dukungan Google.

Pertama, Harmony OS yang juga dikenal HongMeng OS di Tiongkok. Huawei mengembangkan OS ini sejak 2012, yang akan menjadi pesaing Android buatan Google.

Kedua, membangun toko aplikasi sendiri yang disebut AppGalery sejak 2011. Pada Februari lalu, Huawei mengklaim AppGalery merupakan ketiga terbesar di dunia, setelah Google Play Store dan AppStore.

Dikutip dari Forbes, Huawei’s UK Consumer Business Group Managing Director Anson Zhang mengatakan, perusahaan mengidentifikasi 3.000 aplikasi penting atau yang paling banyak digunakan secara global pada akhir tahun lalu.

Sebanyak 80% di antaranya ada di AppGallery sejak Juli. Beberapa aplikasi yang tersedia di dalamnya yakni TikTok, WhatsApp, Shopee, Tokopedia, dan lainnya.

Ketiga, mengembangkan platform ekosistem Huawei Mobile Services (HMS) sebagai pesaing GMS. Keempat, meluncurkan aplikasi sendiri seperti Huawei Video dan Huawei Music. 

Terakhir, mengandalkan pasar Tiongkok untuk mendorong penjualan. Pasar dalam negeri ini yang membuat Huawei berhasil menggeser Samsung pada kuartal II lalu.

Walaupun kini Huawei kembali ke posisi kedua, dengan 16% pangsa pasar secara global.

Analys Canalys Mo Jia mengatakan bahwa Huawei menunjukkan kekuatan mereknya di domestik. “Tetapi akan sulit bagi Huawei untuk mempertahankan keunggulannya dalam jangka panjang,” katanya, dikutip dari laporan resmi Canalys.

Sebab, mitra distribusi utama Huawei di wilayah utama seperti Eropa, semakin waspada terhadap perangkatnya. “Kekuatan di Tiongkok saja tidak akan cukup untuk menopang Huawei di puncak, begitu ekonomi global mulai pulih,” ujar dia.

Huawei juga mulai mengurangi penggunaan suku cadang buatan AS. Nikkei dan Fomalhaut Techno Solutions melaporkan, porsinya turun dari 11% menjadi hanya 1% dari total komponen pada Huawei Mate 30.

Sebanyak 42% suku cadangnya merupakan buatan Tiongkok. Rincian lainnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Komponen Huawei Mate 30
KomponenSupplier
OLED DisplaySamsung Display (Korea Selatan)
Processing ChipHiSilicon (Tiongkok)
Rear CameraSony (Jepang)
DRAMSK Hynix (Korea Selatan)
Body panelTidak teridentifikasi
Front cameraSony
Front end modulMurata (Jepang)
NAND flash moduleKioxia (Jepang)
BatteryHuizhou Desay Battery (Tiongkok)
Modern chipHiSilison
Antenna SwitchHiSilison
Fingerprint sensorGoodix (Tiongkok)
DuplexerTDK, Taiyo Yuden (Jepang)
Touch panelTidak teridentifikasi
Cover glassCorning (AS)


Sumber: Asia Nikkei

Data itu menunjukkan bahwa Huawei terpaksa mengalihkan pemasok secara signifikan selama setahun.

Sebelum diblokir oleh AS, Huawei menggunakan semikonduktor yang dikembangkan oleh anak perusahaanny, HiSilicon. Ini menunjukkan bahwa Huawei memiliki kemampuan mengembangkan suku cadangnya sendiri, dan menjauh dari pabrikan AS Skyworks Solutions.

Hal itu menjadi keunggulan Huawei dibandingkan pesaing domestiknya. “Xiaomi tidak punya pilihan selain terus menggunakan cip Qualcomm,” demikian dikutip dari Asia Nikkei, Mei lalu.

Namun AS menambahkan 38 afiliasi Huawei di 21 negara ke daftar hitam (blacklist) ekonomi. Alhasil, 152 afiliasi Huawei masuk daftar hitam terkait perdagangan di AS.

Akibat kebijakan itu, Huawei akan berhenti memproduksi cip (chipset) andalannya, Kirin pada bulan ini. Selain itu, perusahaan menggandeng mitra di luar AS untuk memproduksi gadget.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...