Kemendagri Punya Teknologi Tangkal Penipuan Akun GoPay Maia Estianty
Sebelumnya, CEO NTT Ltd Indonesia Hendra Lesmana mengatakan, otentikasi multi faktor sangat diperlukan untuk meningkatkan keamanan layanan dompet digital. “Harus ada filtering. Kalau hanya kirim SMS seperti OTP tidak cukup, harus ada lebih lanjut," kata dia, beberapa waktu lalu (13/1).
Salah satu contoh otentikasi multi faktor yaitu menerapkan layanan keamanan biometrik. "Penggunaan sidik jari atau retina itu juga cara yang aman," kata dia.
SVP Strategic Partnerships DOKU Alison Jap menyampaikan, kode OTP merupakan infrastruktur keamanan yang paling mudah dilakukan dan tepercaya. Di satu sisi, ia memahami bahwa literasi digital masyarakat Indonesia belum begitu baik. Alhasil, banyak yang memberikan kode OTP kepada orang lain.
Infrastruktur lain yang bisa digunakan untuk meningkatkan keamanan layanan dompet digital yakni biometrik. Namun, perusahaan harus mengajukan izin dan bekerja sama dengan Ditjen Dukcapil Kemendagri.
(Baca: Ditipu Lewat Aplikasi, Pengguna Gojek di Papua Kehilangan Rp 28 Juta)
“Datanya sudah ada, tetapi akses ke Dukcapil yang tidak mudah. Apalagi kalau startup-nya skala kecil,” kata dia beberapa waktu lalu. Namun, ia memahami bahwa ketatnya perizinan tersebut mempertimbangkan sisi keamanan data masyarakat.
Ada beberapa perusahaan fintech pembayaran yang sudah bekerja sama dengan Ditjen Dukcapil. Dua di antaranya LinkAja dan DANA. “Target kami tidak muluk-muluk seberapa besar (transaksi) transfer dan tarik tunai. Tetapi ketika pintu (akses Dukcapil) ini dibuka, kami akan lihat lebih lanjut (potensi transaksinya)," ujar Chief Marketing Officer (CMO) LinkAja Edward Kilian Suwignyo.
Beberapa kasus penipuan dengan modus social engineering marak terjadi belakangan ini. Selain Maia, pengguna Gojek Agnes Setia Oetama kehilangan Rp 9 juta dan penyiar radio asal Papua merugi Rp 28 juta karena penipuan dengan modus serupa.
(Baca: Gojek & Grab Respons Maraknya Penipuan Lewat Aplikasi Mitra Pengemudi)