Program Baru Gojek Cegah Kekerasan Seksual Terulang
Penyedia layanan on-demand Gojek meluncurkan dua program untuk meningkatkan keamanan konsumennya, baik mitra maupun pengguna layanannya. Harapannya, kedua program ini bisa mencegah kasus kekerasan seksual seperti yang terjadi di Bandung pada Selasa (5/3) lalu maupun tindak kejahatan lainnya terulang.
Pada awal Maret lalu, salah seorang terapis Go-Massage diduga mengalami perkosaan oleh konsumennya. Go-Massage merupakan layanan kesehatan dan kecantikan dari Gojek. Saat ini, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tengah mendalami kasus pemerkosaan oleh terduga Leonard tersebut.
Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita enggan berkomentar banyak perihal kasus tersebut, karena masih dalam tahap penyelidikan polisi. Namun, dia berharap kedua program keamanan yang diluncurkan ini bisa mencegah kejadian serupa terulang. “Kami berupaya untuk meluncurkan fitur keamanan dan melakukan edukasi terhadap pihak mitra strategis kami,“ ujar dia di kantornya, Jakarta, Jumat (15/3). Gojek juga berjanji memberikan pedampingan kepada mitranya, yang menjadi korban.
(Baca: Gurita Bisnis Go-Jek: Ojek Online, Sistem Pembayaran hingga Jual Galon)
Menurutnya, kajian dari kedua program ini sudah dilakukan jauh sebelum kasus dugaan pemerkosaan itu terjadi. Sebab, Gojek juga telah menyadari ada risiko tindak kejahatan yang bisa dialami konsumennya baik mitra maupun pengguna. Apalagi, Gojek mencatat sekitar 0,001 persen dari total aduan yang diterima terkait kekerasan seksual.
Untuk itu, Gojek mengkaji kedua program ini sejak lama guna menghindari tindak kejahatan lewat layanannya. Kedua program itu adalah mitigasi resiko terhadap kekerasan seksual dan fitur keamanan.
(Baca: Begini Strategi Grab dan Go-Jek Tingkatkan Keselamatan Berkendara)
Gojek menggandeng Hollaback dalam menjalankan program mitigasi resiko terhadap kekerasan seksual. Hollaback merupakan sebuah gerakan melawan pelecehan seksual. Gojek dan Hollaback bakal memberikan edukasi kepada mitra pengemudi terkait pelecehan seksual, dengan cara trainee to trainer atau melatih peserta untuk mengedukasi yang lainnya. Namun, pelatihan ini masih bersifat percontohan (pilot project) di Jakarta, Bandung, Bali, dan Palembang.
Co-Director Hollaback Jakarta Anindya Restuviani turut hadir guna menjelaskan program pelatihan tersebut. Dia mengatakan Hollaback bakal menjelaskan metode 5D untuk menghindari pelecehan seksual kepada mitra Gojek. Pertama, Direct yakni tindakan secara langsung untuk menengahi korban dan pelaku kekeran seksual. Kedua, Distract, dengan mengalihkan korban kekerasan seksual.
(Baca: QueenRiders, Startup Edukasi Aman Berkendara bagi Perempuan)
Ketiga, Document dengan mendokumentasikan tindakan kekerasan yang terjadi seperti mengambil gambar. Keempat, Delegate yakni mendelegasikan kejadian ke orang lain yang memiliki otoritas. Kelima, Delay dengan memastikan keadaan korban setelah kejadian.
Inisiatif kedua dari Gojek adalah merilis fitur keamanan. Ada dua fitur baru yakni bagikan perjalanan (share trip) dan tombol darurat (emergency hotline). Lewat fitur bagikan perjalanan, pengguna bisa membagikan informasi tentang layanan berbagi tumpangan (ride-hailing) yang digunakannya saat itu kepada kerabatnya.
(Baca: Regulasi Baru Taksi Online Terbit, Mengatur Tarif hingga Panic Button)
Informasi yang dibagikan itu seperti lokasi penjemputan dan pengantaran, mitra pengemudi dan kendaraannya, status perjalanan dan estimasi waktu tempuh, hingga jalur yang dipilih mitra pengemudi dalam perjalanannya. Dengan begitu, kerabat penumpang bisa mengetahui detail tentang layanan yang digunakan.
Bagi Gojek, fitur ini memudahkan perusahaan dalam melakukan pengawasan. Sementara, penumpang hanya perlu menyalin tautan salinan (copy link) informasinya, lalu mengirimkan informasi tersebut ke kerabatnya.
(Baca: Gojek dan Grab Punya 6 Bulan untuk Penuhi Standar Baru Taksi Online)
Kemudian fitur tombol darurat yang digunakan untuk melaporkan situasi darurat yang dialami oleh pengguna Gojek selama perjalanan. Gojek bekerja sama dengan Polri dalam pemanfaatan tombol darurat ini. Apalagi, tombol darurat ini merupakan syarat yang ditetapkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam aturan taksi online maupun ojek online, yang kini tengah digodok.
Apabila pengguna menekan tombol tersebut, unit darurat Gojek bersama dengan kepolisian dan ambulans akan datang ke lokasi terakhir di mana konsumen berada. Global Head of Transport Gojek Radityo Wibowo memastikan fitur ini aktif selama 24 jam dan secara bertahap tersedia di seluruh Indonesia. “Ini upaya kami untuk memastikan mitra dan konsumen kami aman,” ujarnya.