Merugi tapi Valuasinya Naik, Fenomena Bisnis Digital Indonesia

Desy Setyowati
25 April 2018, 13:10
ekonomi digital
ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Pria yang menerima penghargaan EOY 2017 Technology & Digital Entrepreneur Award ini menyampaikan, tak hanya di Indonesia, Amerika Serikat (AS) pun mulai mendorong kontribusi bisnis digital terhadap perekonomiannya. "Ini bukti kepercayaan bisnis atau investor terhadap sektor teknologi. Di AS kontribusinya sudah 25%," kata dia.

Ia memperkirakan, pengusaha di bidang digital seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), go-retail, cloud computing, dan blockchain bakal mendominasi penghargaan sejenis ke depan. "Tapi itu belum terbukti. Cuma semua big player main di situ," ujar Zaky.

CEO Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donosepoetro pun menyampaikan, saat ini perbankan pun mempelajari bisnis digital ini. Bahkan, perbankan mulai mengubah pola pikir dari penilaian keuntungan perusahaan menjadi fungsi atau kegunaan jika ingin memberikan pinjaman. 

(Baca juga: Hanya 7,39% Pengguna Internet Indonesia Pakai Aplikasi Perbankan)

"Kapitalisasi naik, tapi cashflow-nya tidak. Ini bisnis yang unik. Perbankan sekarang godok ini supaya nantinya punya risk appetite dan framework untuk mendukung startup," kata dia.

EOY merupakan program penghargaan kewirausahaan yang rutin diadakan setiap tahun oleh Ernst & Young. Program ini pertama kali diluncurkan pada 2001, yang menjadikan Presiden Direktur Jawa Pos Group Dahlan Iskan sebagai Ernst & Young EOY. Lalu pertama kalinya, beberapa perusahaan teknologi menjadi finalis di 2017. CEO Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim merupakan peraih gelar Ernst & Young EOY 2017.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...