Seretnya Pendanaan saat Pandemi Mengubah Peta Persaingan Unicorn

Desy Setyowati
24 November 2020, 15:30
Perubahan Peta Persaingan Para Unicorn di Tengah Ketatnya Pendanaan
123rf.com
Ilustrasi

Pada 2025, nilai ekonomi digital di regional diprediksi tumbuh 24% menjadi US$ 309 miliar. Sedangkan Indonesia diramal meningkat 23% menjadi US$ 124 miliar. Angka ini menurun dibandingkan proyeksi 2019 yang mencapai US$ 133 miliar.

Chief Investment Strategist Temasek Rohit Sipahimalani sepakat bahwa investor akan semakin selektif dalam menanamkan modalnya di startup ke depan, termasuk unicorn. “Tetapi secara keseluruhan, mereka masih ingin berinvestasi di Asia Tenggara,” katanya.

Ia mengatakan, pengetatan pendanaan kepada unicorn bukan berarti karena modal investor berkurang. “Salah satu alasan unicorn memperoleh lebih sedikit dana, sebagian karena beberapa dari mereka siap mengumpulkan uang dari sumber lain dari operasi bisnis,” ujar dia.

Ia mencontohkan induk Shopee, Sea Group. Selain e-commerce, perusahaan asal Singapura ini merambah bisnis gim online melalui Garena, sehingga menekan kerugian. Kini mereka memiliki sekitar US$ 3 miliar neraca keruangan.

Alasan kedua menurunnya pendanaan ke unicorn yakni para startup jumbo mulai berfokus pada pertumbuhan bisnis berkelanjutan dan profit. “Maka, dana untuk ‘bakar uang’ menurun,” kata dia.

Oleh karena itu, ia menilai bahwa perubahan peta persaingan bisnis para unicorn akan baik bagi ekosistem bisnis digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. “Di luar merger dan akuisisi, pilihan yang nyata yakni mewujudkan ‘nilai’,” kata Rohit.

Namun, ia memperkirakan bahwa merger dan akuisisi mungkin saja terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan.

Sebelumnya, Direktur Investasi BRI Ventures  William Gozali menjelaskan, konsolidasi biasanya berfokus pada efisiensi. “Saya lihat sektor e-commerce akan yang masif (merger dan akuisisi),” kata dia dalam acara media gathering virtual Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesia (Amvesindo) bertajuk ‘Mengupas Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021’, tiga pekan lalu (2/11).

Startup e-commerce di Indonesia seperti Tokopedia dan Bukalapak bersifat agregasi suplai. “Sekarang terlalu banyak. Nilainya bukan lagi di agregasi, tetapi kurasi. Jadi kalau dilihat merger dan akuisisi, tentu sektor yang efisien,” ujar dia.

Selain itu, ia melihat bahwa perusahaan rintisan social commerce akan semakin berkembang. Apalagi data GlobalWebIndex, penduduk Indonesia rerata mempunyai 10-11 akun media sosial pada kuartal I 2020, sebagaimana Databoks berikut:

William juga menilai, prospek turunan e-commerce lainnya yakni digitalisasi warung atau online to offline (O2O) akan semakin berkembang. “Efek pandemi virus coronastartup yang mendorong rantai pasok (suplai chain), prospeknya masih sangat bagus,” kata dia.

Berdasarkan riset perusahaan sekuritas CLSA, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung US$ 2 per pelanggan atau hanya 10-20% dibandingkan cara umum. Selain itu, layanan O2O berkontribusi 10% terhadap total pengguna baru di e-commerce.

Sedangkan riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di toko kelontong, sebagaimana tecermin pada Databoks berikut:

Hal senada disampaikan oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro, yang memperkirakan bahwa merger dan akuisisi di sektor e-commerce akan mulai terjadi di tahun ini.

“Arah kedepan sepertinya menuju konsolidasi antarpemain,” katanya kepada Katadata.co.id, Oktober lalu (26/10). “Tahun ini sudah mulai, karena hanya yang modalnya besar yang bisa terus ‘bakar uang’.”

Hal itu karena konsumen di Indonesia sangat sensitif terhadap harga, sehingga e-commerce butuh dana besar untuk memberikan promosi. Selain itu, perlu memperkuat platform dari sisi suplai produk, tampilan hingga logistik.

Begitu juga dengan Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo. “Merger dan akuisisi, konsolidasi industri akan semakin marak,” kata dia kepada Katadata.co.id. Ini karena perusahaan akan mulai meningkatkan efisiensi rantai pasokan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...