Facebook Blokir Peretas Tiongkok karena Memata-matai Etnis Uighur
Meskipun aksi peretasan itu sudah diidentifikasi, Facebook tidak menghubungkan tindakan itu dengan pemerintah Tiongkok. Walaupun, Beijing sebelumnya dikecam oleh banyak negara atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur.
Negara yang mengecam yakni AS, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada. "Kami bersatu menyerukan agar Tiongkok mengakhiri praktik represif terhadap Muslim Uighur, serta anggota kelompok etnis dan agama minoritas lain di Xinjiang," kata negara-negara itu.
Sejumlah perusahaan asal Tiongkok bahkan dikenakan sanksi oleh AS. Per Juli 2020, Departemen Perdagangan AS memasukkan 48 perusahaan asal Negeri Panda ke dalam daftar hitam (blacklist). Alasannya, diduga terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia kepada etnis Uighur di Xinjiang, Tiongkok.
Pada 2019, New York Times juga melaporkan bahwa sejumlah perusahaan teknologi yang memiliki layanan identifikasi wajah di Tiongkok, membangun algoritme khusus untuk memberi peringatan terkait etnis Uighur. Perangkat ini terintegrasi ke jaringan kamera pengintai.
Kemudian, kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) menyimpan catatan dan data tentang kedatangan dan kepergian etnis Uighur. "Teknologi dan penggunaan AI mengawasi 11 juta etnis Uighur di Tiongkok," kata lima orang yang memiliki pengetahuan langsung tentang sistem tersebut, dikutip dari The New York Times, 2019 lalu (14/4/2019)
Berdasarkan sejumlah riset dan wawancara, pihak berwenang menggunakan sistem rahasia dari teknologi identifikasi wajah tersebut untuk melacak dan mengendalikan warga Uighur. "Pemerintah sengaja menggunakan AI untuk profil rasial," kata para ahli.
