McDonald’s Alami Kebocoran Data Pelanggan di Korsel, Taiwan, & AS

Sorta Tobing
12 Juni 2021, 11:03
kebocoran data, peretasan, mcdonald's
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. Kebocoran data pelanggan McDonald's

Pada bulan Mei, peretasan Colonial Pipeline menyebabkan antrean panjang dan kekurangan pasokan di pompa bensin di pantai timur AS. Perusahaan membayar peretas 75 bitcoin, senilai US$ 4,3 juta (Rp 61,2 miliar) pada saat itu untuk membebaskan sistemnya. 

Pihak berwenang telah memulihkan lebih dari setengah uang tebusan tersebut. Colonial Pipeline juga telah mengajukan klaim asuransi untuk menutupi biayanya.

International Business Machines (IBM) menyebutkan total kerugian akibat peretasan data rata-rata mencapai US$ 3,86 juta atau hampir Rp 55 miliar secara global pada 2020. Sejumlah negara memiliki nilai lebih tinggi, seperti Amerika Serikat (US$ 8,64 juta) dan Timur Tengah (US$ 6,52 juta), seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.

Serangan siber sedang meningkat, tetapi mayoritas pemimpin perusahaan teknologi informasi dan keamanan kurang percaya diri pada kemampuan organisasi mereka untuk menangkal serangan, menurut penelitian dari Insight pada tahun ini.

Peretas ransomware telah mengumpulkan setidaknya US$ 81 juta (sekitar Rp 1,15 triliun) uang tebusan pada tahun 2021, menurut Chainalysis. Korban serangan ransomware membayar setidaknya US$ 406 juta atau Rp 5,77 triliun uang tebusan tahun lalu.

Kebocoran data McDonald's adalah peretasan profil tinggi kedua minggu ini. Pada Kamis, Electronic Arts, pengembang dan penerbit video game, melaporkan peretas membobol sistemnya dan mencuri kode sumber yang mendukung permainan populer seperti FIFA 21 dan Madden. Peretasan itu bukan serangan ransomware, kata juru bicara perusahaan kepada CNN.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...