Metaverse Dunia Virtual Tingkatkan Risiko Kasus Pelecehan Seksual

Fahmi Ahmad Burhan
31 Desember 2021, 17:31
metaverse, dunia virtual, facebook, apple, pelecehan seksual
Youtube Population One
Game Population One

Juru bicara Meta Krstina Millian mengatakan, sebenarnya perusahaan mempunyai fitur bernama 'Safe Zone'. Ini memungkinkan pengguna memblokir interaksi dengan pengguna lain.

Menurutnya, perusahaan juga bekerja dengan pembuat kebijakan, pakar dan mitra industri untuk pengembangan metaverse. Meta juga telah menginvestasikan US$ 50 juta dalam penelitian global untuk mengembangkan produknya secara bertanggung jawab.

Sebelumnya, mantan pegawai Facebook Frances Haugen juga khawatir atas kehadiran teknologi ini. Haugen khawatir atas cara induk Facebook mengelola data pengguna dan algoritme di dunia virtual metaverse.

“Facebook belum benar-benar merancang keamanan dengan desain ke dalamnya sejak awal,” kata dia dikutip dari CBS News, dua pekan lalu (18/12).

Ia menjelaskan bahwa platform seperti TikTok, di mana sebagian kecil konten menghasilkan sebagian besar tampilan, lebih mudah dimoderasi dibandingkan dengan model Facebook yang lebih terdistribusi.

Sedangkan di dunia virtual, moderasi konten, menghapus disinformasi, dan melacak pelanggar akan menjadi tantangan. Ini karena interaksi tidak direkam.

Mantan CEO Google Eric Schmidt pun menilai bahwa metaverse bisa berdampak buruk kepada manusia. "Saya sudah menunggu selama sekitar tiga puluh tahun teknologi ini. Tapi, apakah Facebook akan mampu membangunnya, saya tidak tahu," kata dia dikutip dari CNBC Internasional, bulan lalu (2/11).

Ia mengatakan, teknologi dunia virtual atau metaverse akan menimbulkan masalah baru bagi manusia. Sebab, orang menjadi lupa akan kehidupan nyata dan lebih mengedepankan dunia virtual. 

"Jadi, metaverse ini belum tentu hal terbaik bagi manusia," kata Schmidt dikutip dari Business Insider

Ia juga menilai, teknologi dunia virtual alias metaverse membawa tantangan regulasi. "Dalam beberapa tahun, orang akan memilih untuk menghabiskan waktu dengan kacamata metaverse. Tapi siapa yang menetapkan aturan?" ujarnya. 

Selain itu, metaverse membawa risiko keamanan siber. Schmidt mengatakan, Facebook yang berganti nama menjadi Meta akan menjalankan sebagian besar algoritme dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) sebagai dewa raksasa palsu. Ini dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat dan parasosial.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...