7 Negara di Dunia Telah Mencapai Net Zero Emission, Berikut Daftarnya

Happy Fajrian
13 Desember 2022, 15:07
net zero emission, emisi karbon, nol emisi karbon
123RF
Ilustrasi emisi karbon.

Berbagai negara di dunia mencanangkan target untuk mencapai net zero emission pada 2050 atau lebih cepat. Ini sesuai dengan perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu udara global maksimal 1,5°C. Ini agar dunia terhindar dari dampak mematikan pemanasan global dan perubahan iklim.

PBB mendefinisikan net zero emission atau nol emisi karbon secara sederhana sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca hingga menjadi nol, dengan emisi yang tersisa diserap kembali dari atmosfer, misalnya oleh laut dan hutan.

Sementara World Economic Forum (WEF) mendefinisikan net zero sebagai kondisi dimana emisi karbon yang dihasilkan setara dengan emisi karbon yang diserap, baik melalui hutan, atau offset dengan mengekspor listrik energi terbarukan.

Saat ini negara-negara di dunia tengah berjuang untuk mencapai target tersebut. Namun menurut data WEF, sudah ada tujuh negara di dunia yang telah mencapai net zero emission.

Berikut adalah daftar negara-negara yang telah berhasil mencapai net zero emission di dunia. Bahkan beberapa dari negara tersebut merupakan negara negatif karbon yang artinya menyerap lebih banyak emisi karbon daripada yang dihasilkannya setiap tahun.

1. Bhutan

Negara yang berlokasi di sebelah timur pegunungan Himalaya ini adalah negara pertama di dunia yang mencapai kondisi net zero emission. Bahkan menurut carboncredits.com, Bhutan adalah negara pertama di dunia yang negatif karbon.

Artinya, emisi karbon yang diserap lebih besar daripada yang dihasilkan. Hal ini berkat 75% luas lahan di negara ini merupakan area hutan. Hutan ini menyerap sekitar 9 juta ton CO2 per tahun. Sedangkan emisi yang dihasilkan hanya 2 juta ton CO2 pada 2020.

Bhutan negara pertama yang mencapai net zero
Bhutan negara pertama yang mencapai net zero (bhutanpeacefultour.com)

Bhutan juga melakukan offset emisi karbonnya dengan mengekspor energi terbarukan, khususnya yang bersumber dari tenaga air, ke India. Undang-undang Bhutan juga mewajibkan pemerintah untuk mempertahankan setidaknya tutupan hutan minimal 60% dari total luas lahannya.

Sekretaris Komisi Lingkungan Hidup Nasional Bhutan Sonam Wangdi, mengatakan jalur negatif karbon Bhutan telah dimulai sejak 1970, di mana rajanya ketika itu menentang rencana pembangunan ekonomi dengan membabat hutan untuk lahan pertanian dan industri.

“Sebaliknya, raja mendorong ekonomi yang dibangun sebagian pada pengelolaan hutan lestari, dengan fokus pada keseimbangan konservasi dan pembangunan. Kami tidak mengekstraksi sebanyak mungkin, kami menggunakan kembali, kami mendaur ulang. Ini merupakan upaya tidak hanya oleh pemerintah tetapi oleh semua orang,” kata Wangdi seperti dikutip Reuters.

2. Suriname

Suriname telah menjadi negara net zero emission dan carbon negative sejak 2014 berkat hutan yang menutupi hingga 93% luas wilayahnya. Ini menjadikan negara Amerika Selatan ini sebagai negara paling berhutan di bumi.

Suriname adalah negara “tutupan hutan tinggi dan deforestasi rendah (HFLD)” yang menyumbang 0,01% emisi GRK global. Negara ini dianggap sebagai negara karbon negatif, karena hutannya yang melimpah menyerap lebih banyak emisi GRK daripada yang dihasilkan negara tersebut.

Pada awal 2020 Suriname bahkan memperbarui komitmen Nationally Determined Contributions (NDC) untuk memastikan target pemanasan global tidak melebihi 1,5°C yang disepakati dalam perjanjian Paris pada 2015.

3. Panama

Sekitar 57% wilayah negara Panama ditutupi oleh hutan. Negara ini juga masih berencana untuk menambah luas kawasan hutannya sekitar 50 ribu hektare hingga 2050. Panama juga termasuk dalam jajaran negara negatif karbon.

Presiden Panama Laurentino Cortizo mengatakan pada KTT iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia, pada akhir 2021 lalu bahwa keberhasilan negaranya mencapai negatif karbon adalah dengan menghormati hutan dan laut.

“Panama telah mencapai karbon negatif dengan tindakan nyata dan inilah yang dibutuhkan bumi pertiwi dari negara maju, pelaksanaan tindakan nyata,” tegasnya.

4. Guyana

Negara ini memiliki sekitar 18 juta hektare hutan yang dapat menyerap emisi karbon dalam jumlah besar setiap tahunnya. Hutan tersebut juga memiliki intensitas karbon yang sangat tinggi.

Menurut Strategi Pembangunan Rendah Karbon (LCDS) Guyana 2030, 18 juta hektar hutan negara itu menyimpan lebih dari 19,5 gigaton karbon dioksida (CO2). Presiden Guyana, Mohamed Irfaan Ali mengatakan bahwa mereka mengorbankan pembangunan untuk menjaga hutan tersebut.

“Pemerintah telah melepaskan banyak peluang berskala besar di bidang pertanian, pertambangan, dan infrastruktur dengan menolak mengizinkan deforestasi, sehingga dapat menyediakan penyerapan karbon dan jasa ekosistem yang penting,” kata Irfaan Ali.

Namun Guyana telah menemukan cara lain untuk memonetisasi kekayaan hutannya yakni dengan menjual kredit karbon. Negara ini berencana menggunakan hasil dari penjualan kredit karbonnya untuk mendanai inisiatif LCDS.

5. Gabon

Negara ini merupakan satu dari total enam negara yang berlokasi di hutan hujan Kongo yang merupakan hutan dengan tingkat deforestasi paling rendah di antara hutan hujan lainnya di dunia, menjadikannya net sink karbon.

Adalpun 88% wilayah negara ini adalah wilayah hutan. Gabon telah memperbarui NDC-nya pada Juli 2022 yang menegaskan komitmen untuk tetap menjadi penyerap karbon bersih dengan mempertahankan tingkat penyerapannya setidaknya 100 mega ton CO2e per tahun setelah 2050.

Gabon menjadi negara net zero meskipun ekspor minyak mentah menjadi andalan perekonomian negara, menyumbang sekitar 40% dari total produk domestik bruto (PDB).

Hutan hujan tropis Kongo
Hutan hujan tropis Kongo (worldwildlife.org)

6. Madagaskar

Negara ini merupakan salah satu negara negatif karbon yang artinya menyerap emisi karbon lebih besar dibandingkan emisi yang dihasilkan. Meski demikian laju deforestasi di Madagaskar sangat pesat sehingga negara ini berpotensi menjadi negara penghasil emisi karbon dunia.

Dalam NDC-nya, Madagaskar berkomitmen menyerap karbon bersih sebesar 24 mega ton CO2e pada 2020. Namun jika deforestasi tak segera diatasi, Madagaskar akan menjadi negara penghasil emisi (net emitter) sebesar 22 mega ton CO2e pada 2030.

7. Niue

Negara kepulauan di samudera Pasifik ini berkontribusi kurang dari 0,0001% emisi karbon global. Namun hutannya menyerap lebih besar dari itu, menjadikannya sebagai salah satu negara negatif karbon dunia.

Negara ini sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Bahkan ibu kota negara Niue, Alofi, hancur oleh topan kategori 5 pada 2004 silam. Kini topan jenis ini menjadi fenomena cuaca yang sering terjadi seiring pemanasan global.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...