Australia, AS Tak Akan Teken Kesepakatan yang Bahayakan Pulau Kecil

Hari Widowati
12 Desember 2023, 18:00
Ilustrasi: negara-negara seperti Australia dan Amerika Serikat (AS) menolak draf COP28 karena dinilai lemah.
ANTARA FOTO/R. Rekotomo/Spt.
Pengunjuk rasa dari berbagai negara melakukan aksi saat berlangsungnya konferensi perubahan iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (3/12/2023). Mereka mengkritisi berbagai persoalan lingkungan hidup di dunia hingga masalah konflik Israel-Hamas dengan menuntut dilakukannya gencatan senjata antara kedua belah pihak.

Sekelompok negara termasuk Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, dan Jepang mengatakan bahwa mereka tidak akan menandatangani "sertifikat kematian" bagi negara-negara kepulauan kecil. Mereka menuntut kesepakatan yang lebih kuat pada KTT COP28 untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengatasi krisis iklim.

Menurut laporan The Guardian, pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Perubahan Iklim Australia Chris Bowen atas nama kelompok negara yang dikenal sebagai kelompok payung. Pernyataan ini muncul ketika ketegangan berkobar di Uni Emirat Arab mengenai teks rancangan kesepakatan yang diusulkan oleh presiden KTT.

Draf yang dirilis pada Senin (11/12) malam waktu Dubai menghindari seruan yang sangat kontroversial untuk "penghentian" atau "pengurangan" bahan bakar fosil dalam upaya untuk menemukan konsensus dari hampir 200 negara. Beberapa pengamat menyambut baik elemen-elemen dalam rancangan tersebut, termasuk penyebutan pertama kali dalam teks COP mengenai pengurangan produksi bahan bakar fosil. Namun, beberapa pengamat mengecam dan menggambarkan draf itu sebagai "sangat tidak memadai" dan "tidak koheren".

"Kami tidak akan menandatangani sertifikat kematian kami. Kami tidak dapat menandatangani teks yang tidak memiliki komitmen yang kuat untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil," Cedric Schuster dari Samoa, Ketua Aliansi Negara-Negara Kepulauan Kecil.

Bowen merujuk pada pernyataan Schuster dalam intervensinya pada pertemuan selanjutnya antara perwakilan pemerintah dan presiden KTT UEA, Sultan Al Jaber. Ia berbicara atas nama kelompok negara-negara yang tergabung dalam G20, yang juga meliputi Selandia Baru, Norwegia, Israel, Ukraina, dan Kazakhstan.

"Itulah yang dipertaruhkan oleh banyak negara yang diwakili di sini malam ini dan banyak orang yang tidak memiliki suara. Kami tidak akan menjadi penandatangan bersama untuk sertifikat kematian tersebut," ujar Bowen, seperti dikutip The Guardian.

Bowen mengatakan bahwa ada beberapa elemen positif dalam draf tersebut. Namun, kelompok ini sepakat bahwa draf tersebut terlalu lemah. Rancangan tersebut perlu mengirimkan sinyal yang lebih jelas mengenai masa depan bahan bakar fosil, menangani adaptasi iklim dengan lebih baik dan memberikan hasil yang dapat dibanggakan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...