Terumbu Karang di Seluruh Dunia Alami Pemutihan Massal

Rena Laila Wuri
16 April 2024, 12:44
Penyelam dari Rubiah Tirta Divers melakukan transplantasi terumbu karang di kawasan pantai Pulau Rubiah, Kota Sabang, Aceh, Selasa (15/8/2023).
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/nym.
Penyelam dari Rubiah Tirta Divers melakukan transplantasi terumbu karang di kawasan pantai Pulau Rubiah, Kota Sabang, Aceh, Selasa (15/8/2023).

"Penafsiran yang realistis (dari peristiwa ini) adalah kita telah melewati titik kritis untuk terumbu karang," kata ahli ekologi David Obura, yang mengepalai Penelitian dan Pengembangan Samudra Pesisir Samudra Hindia Afrika Timur dari Mombasa, Kenya. Obura mengatakan fenomena ini tidak dapat dihentikan, kecuali benar-benar menghentikan emisi karbon dioksida.

Terumbu Karang di Indonesia Memutih Imbas Suhu Laut Naik

Terumbu karang memutih terjadi dibeberapa wilayah laut di Indonesia. Fenomena ini disebabkan terjadinya kenaikan suhu permukaan air di laut.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang telah melakukan penilaian terhadap fenomena pemutihan karang tersebut.

Penilaian ini dilakukan secara bertahap sejak Januari hingga pertengahan Februari 2024 di Kawasan Konservasi Pulau Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan (Gili Matra), Kawasan Konservasi Laut Banda dan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, mengatakan penilaian dilakukan menggunakan metode citizen science yang melibatkan kelompok masyarakat dan operator selam. Hasil penilaian cepat menunjukkan rata-rata tingkat pemutihan karang keras hidup pada seluruh bentuk pertumbuhan karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra berkisar 75%.

“Fenomena ini terjadi di Bounty Wreck (Sebelah Barat Pulau Gili Meno) dan Sunset Reef (Sebelah Selatan Pulau Gili Trawangan),” kata Imam melalui keterangan tertulis, Jumat (8/3).

Berdasarkan penilaian cepat yang dilakukan di Site Lava Flow dan Miniatur Banda menunjukkan kondisi pemutihan karang secara umum berkisar dibawah 25%. Pada kondisi tersebut karang bercabang masih dalam tahap memucat sebagai dampak dari terpapar kejadian pemutihan karang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP, Victor Gustaaf Manoppo, mengatakan kajian tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut atas prediksi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Coral Reef Watch. NOOA memprediksi bahwa akan terjadi kenaikan suhu air laut pada awal tahun 2024.

Ia mengatakan, penilaian fenomena coral bleaching perlu dilakukan karena terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan laut dan manusia.

Sementara coral bleaching dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem yang luas. KKP perlu memberikan atensi khusus dan melakukan aksi cepat menanggapi fenomena pemutihan karang.

“Fonemena ini merugikan bagi kehidupan laut serta sumber daya manusia yang bergantung pada ekosistem karang jika tidak dilakukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi," kata Victor dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/3).

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...