PBB: Perubahan Iklim Buat Setengah Padang Rumput di Dunia Terdegradasi

Image title
27 Mei 2024, 17:08
Konvensi PBB untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD) menyatakan setengah dari lahan padang rumput alami di dunia telah mengalami degradasi akibat eksploitasi berlebihan dan dampak perubahan iklim.
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp.
Konvensi PBB untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD) menyatakan setengah dari lahan padang rumput alami di dunia telah mengalami degradasi akibat eksploitasi berlebihan dan dampak perubahan iklim.
Button AI Summarize

Konvensi PBB untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD) menyatakan setengah dari lahan padang rumput alami di dunia telah mengalami degradasi akibat eksploitasi berlebihan dan dampak perubahan iklim.  Ini mengancam pasokan pangan dan mata pencaharian.

UNCCD memperingatkan bahwa seperenam pasokan pangan dunia terancam oleh penurunan kondisi padang penggembalaan, yang meliputi sabana, lahan basah, gurun, serta padang rumput.

Pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan meningkatnya permintaan pangan telah mendorong para peternak untuk memelihara lebih banyak hewan yang lahan mampu menampung, serta mengubah padang rumput alami menjadi lahan pertanian intensif, yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan memperburuk kekeringan.

Kepala Ilmuwan UNCCD Barron Joseph Orr mengatakan meskipun situasinya suram, mulai ada pengakuan bahwa restorasi lahan adalah bagian dari solusi perubahan iklim - dengan padang penggembalaan menyumbang sepertiga dari kapasitas reservoir karbon dunia.

"Emisi karbon adalah isu besar, tetapi di mana kita ingin menempatkan karbon? Di tanah kita dan di vegetasi kita, jika Anda terus melemahkan hal itu, Anda melemahkan solusi Anda sendiri," kata Barron, dikutip dari Reuters pada Senin (27/5).

Padang Penggembalaan Dukung Dua Miliar Petani Ternak

Menurut laporan UNCCD, padang penggembalaan mencakup sekitar 54% dari total lahan dunia dan mendukung dua miliar petani, peternak, dan petani ternak. Estimasi sebelumnya tentang degradasi sebesar 25%, tetapi UNCCD mengatakan bahwa angka tersebut sangat meremehkan kerusakan yang terjadi, dengan angka baru didasarkan pada survei dari para ahli di lebih dari 40 negara.

Laporan tersebut mengidentifikasi Asia Tengah, Cina, dan Mongolia sebagai yang paling parah terkena dampaknya, dengan industrialisasi pertanian menggantikan komunitas penggembalaan tradisional dan menambah tekanan pada sumber daya.

Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan juga mengalami degradasi yang luas. Barron mengatakan bahwa para pemerintah perlu mengambil pendekatan yang lebih terpadu untuk perlindungan lahan daripada berfokus pada proyek restorasi individu. Dia juga mengatakan bahwa praktik penggembalaan tradisional dapat membantu memulihkan padang penggembalaan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...